Minggu, 30 December 2018 11:25 UTC
Ilustrator: Chepy
JATIMNET.COM, Denpasar - Bandara I Gusti Ngurah Rai, Bali, masih beroperasi normal meski Gunung Agung di Kabupaten Karangasem meletus sekitar 3 menit lebih pada pukul 04.09 Wita. Hujan abu juga mengguyur sejumlah wilayah.
"Operasional penerbangan masih aman dan tidak terpengaruh letusan," kata Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali, Arie Ahsanurrohim, Minggu 30 Desember 2018.
Menurut Arie, tidak ada jadwal penerbangan yang terganggu atau penerbangan yang dibatalkan setelah erupsi yang terjadi selama sekitar 3 menit itu.
Bandara I Gusti Ngurah Rai berada di selatan Bali dengan jarak sekitar 75 kilometer jalan darat menuju kawasan Gunung Agung.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyebutkan berdasarkan informasi satelit, abu vulkanik bergerak ke arah tenggara dengan ketinggian abu vulkanik mencapai 5.500 meter di atas permukaan laut, setelah beberapa bulan menunjukkan kondisi yang tenang.
Hujan abu tipis dilaporkan terjadi di wilayah Kabupaten Karangasem di sektor tenggara Gunung Agung, seperti di Kota Amlapura dan di Desa Seraya Barat, Desa Seraya Tengah, dan Desa Tenggalinggah.
BACA JUGA: Gunung Agung Erupsi, Sejumlah Wilayah Terdampak Hujan Abu
PVMBG menyatakan, letusan Gunung Agung terjadi akibat akumulasi gas vulkanik, meski sebelumnya tidak teramati peningkatan intensitas kegempaan yang signifikan.
"Pada saat erupsi, teramati sinar api di area puncak kawah namun ketinggian kolom abu tidak teramati karena tertutup kabut," kata Kepala Sub Bidang Mitigasi Pemantauan Gunung Api Wilayah Timur PVMBG, Devy Kamil Syahbana.
Devy menambahkan rentetan gempa bumi tektonik di sekitar Pulau Lombok beberapa waktu lalu mempengaruhi aktivitas Gunung Agung karena getarannya berperan dalam pelepasan gas-gas vulkanik yang dimanifestasikan di permukaan dalam bentuk hembusan.
"Pada kondisi ini, akumulasi gas di kedalaman menjadi terganggu sehingga potensi erupsi justru berkurang. Selama periode 'aftershocks' Gempa Lombok, Gunung Agung pun tidak mengalami erupsi," kata Devy dalam keterangannya.
BACA JUGA: Ketinggian GAK Tersisa 110 Meter Akibat Erupsi
Namun seiring dengan berkurangnya gempa tektonik, akumulasi gas-gas vulkanik di Gunung Agung menjadi memungkinkan dan dalam satu bulan terakhir, gempa yang terekam didominasi gempa hembusan, tektonik, dan beberapa vulkanik dangkal dan vulkanik dalam.
Berdasarkan analisis data Gunung Agung secara menyeluruh, potensi untuk terjadinya erupsi yang lebih besar masih relatif kecil dan erupsi yang mungkin terjadi saat ini dapat berupa lontaran material batu atau lava pijar, hujan abu maupun hembusan gas-gas vulkanik.