Logo

Curhat Bocah Pengamen kepada Risma

Reporter:,Editor:

Sabtu, 05 January 2019 01:49 UTC

Curhat Bocah Pengamen kepada Risma

Ilustrator: Gilas Audi

JATIMNET.COM, Surabaya - Pemerintah Kota Surabaya sedang memberikan penanganan khusus terhadap 53 anak usia sekolah yang terjaring Satpol PP di jalanan. Sebagian besar anak-anak ini berhenti bersekolah, dan turun ke jalanan untuk mengamen juga mengemis.

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengungkapkan ada seorang anak berusia 7 tahun yang selama ini tidak sekolah karena diajak pamannya mengamen. Risma berinisiatif menjadikannya sebagai anak asuh.

Anak itu akan dirawat dan disekolahkan oleh Pemkot Surabaya.

“Dia kami ambil dan sekarang tinggal di tempat kita. Dia sepertinya dimanfaatkan oleh keluarganya untuk jadi pengemis. Saya tidak mau, saya harus melindungi itu,” tutur Risma diwawancarai usai acara peluncuran Suroboyo Bus di Taman Surya Surabaya, Jumat 4 Januari 2019.

BACA JUGA: Harapan Risma di Tahun 2019 untuk Surabaya

Kepada Risma, bocah itu mengaku selama ini diajak pamannya mengamen berkeliling kota di atas bus. Dan uang hasil mengamen diminta pamannya.

“Pamannya mengajaknya mengamen di bus mulai dari Tuban, Rembang, Pati, Semarang, Cirebon, Tegal, Karawang hingga ke Jakarta,” ungkapnya.

Terhadap 53 anak-anak itu, Risma akan memberikan penanganan khusus.

"Hari ini saya memberikan treatmen khusus kepada 53 anak yang mengalami masalah pendidikan dan kesejahteraan sosial," kata Risma.

Salah satunya dengan mengajak mereka bertemu untuk pembinaan di rumah dinasnya di Jalan Sedap Malam Surabaya. Mereka dimotivasi agar mau melanjutkan pendidikannya.

Pemkot sudah melakukan pemantauan ke rumah masing-masing anak ini. Dari pemantauan tersebut, diketahui kalau mereka mempunyai berbagai latar belakang permasalahan sosial. Sehingga, beberapa anak putus sekolah.

“Anak-anak ini tertangkap Satpol-PP, dan setelah kita outreach, dia memang tidak sekolah,” kata Risma.

Sebagian besar anak-anak ini menjalani kehidupannya dengan mengamen dan bekerja serabutan.

BACA JUGA: Kelurahan di Surabaya Digelontor Rp 3 Miliar

Risma ingin anak-anak itu bisa kembali sekolah dan merubah hidupnya menjadi lebih baik.

Edukasi dilakukan dengan memberi kesempatan kepada mereka untuk menulis masalah dan keinginannya pada secarik kertas.

Dengan begitu, Pemkot Surabaya bisa mengambil langkah dan memberikan intervensi secara tepat kepada anak-anak itu.

“Setelah itu kami dalami permasalahannya apa, misal dia putus sekolah SMP, harus kita apakan,” terangnya.

Setelah dilakukan pembinaan, kata Risma, anak-anak ini akan kembali di sekolahkan Pemkot Surabaya.

Sedangkan yang ingin bekerja, akan difasilitasi untuk mengikuti training atau pelatihan di Surabaya Hotel School (SHS).

“Kalau tidak mau sekolah, kita arahkan kejar paket. Tapi kalau dia mau sekolah, kita kembalikan ke sekolah asalnya,” tambahnya.

BACA JUGA: Patung Senilai Rp 6,9 Miliar Diresmikan di Surabaya

Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP5A) Surabaya Chandra Oratmangun mengatakan 53 anak yang sedang dibina itu mempunyai berbagai permasalahan sosial.

Beberapa anak-anak itu terjaring saat sedang mengamen, bolos sekolah, menjadi pekerja di warung sekitar kaki jembatan Suramadu. Padahal masih di bawah umur.

“Mereka rata-rata berusia 14-15 tahun dan putus sekolah. Sehingga tadi dikumpulkan, dimotivasi agar mau sekolah lagi,” katanya.