Logo

Organda Probolinggo Protes Pembatasan Solar, Bus AKAP Berhenti Operasi

Reporter:,Editor:

Kamis, 22 September 2022 09:40 UTC

Organda Probolinggo Protes Pembatasan Solar, Bus AKAP Berhenti Operasi

BERHENTI OPERASI. PO Akas IV menghentikan operasional bus AKAP akibat pembatasan kuota solar dalam sehari, Kamis, 22 September 2022. Foto: Zulkiflie

JATIMNET.COM, Probolinggo – Pelaku usaha jasa transportasi angkutan umum bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) kelimpungan dengan diterapkannya kebijakan pemerintah, terkait pembatasan kuota pembelian solar subsidi 200 liter per hari bagi tiap bus.

Dengan pembatasan kuota itu, perjalanan bus yang hendak menempuh trayek jauh akan berjalan tidak maksimal.

 Ketua Organisasi Angkutan Darat (Organda) Probolinggo Raya, Tommy Wahyu Prakoso, mengatakan dengan pembatasan kuota solar akan sangat tidak mencukupi dalam satu kali perjalanan bagi tiap bus yang menempuh trayek jauh.

BACA JUGA: Harga BBM Naik, Ini 5 Energi Alternatif Penggantinya

Tommy mencontohkan untuk perjalanan Surabaya - Cirebon saja membutuhkan bahan bakar solar sebanyak 250 liter. Namun kini, malah dijatah 200 liter per hari. 

 “Kalau hanya harga bbm naik, mungkin kami masih bisa mensiasati dengan menaikkan tarifnya, tapi kalau dibatasi khan berbeda,” katanya, Kamis 22 September 2022.

Tidak hanya bus AKAP yang terdampak pembatasan kuota itu, akan tetapi juga dirasakan bus pariwisata.

"Untuk angkutan barang seperti truk tidak begitu terasa, karena masih bisa disiasati dengan berhenti sejenak di sela-sela perjalanan sembari menunggu hari berikutnya untuk mendapatkan kuota solar lagi," tutur Tommy. 

Tommy menyebut sedikitnya terdapat 12 perusahaan bus yang terdampak pembatasan solar subsidi tersebut, salah satunya Perusahaan Otomotif (PO) AKAS IV. Pihak perusahaan akhirnya memilih tidak menjalankan bus trayek jauh sementara waktu hingga kebijakan pembatasan solar tersebut dicabut.  

BACA JUGA: Harga BBM Tak Direvisi, PMII Probolinggo Ancam Demo dengan Massa Besar

"Sebenarnya kami sudah kerap berkirim surat pada pihak Migas Pertamina pusat, terkait keluhan keberatannya atas kebijakan tersebut," katanya.

 Tommy berharap kebijakan tersebut dikaji ulang oleh pihak terkait. Seharusnya, menurut Tommy, naiknya harga BBM menjadi kesempatan pihaknya mengembalikan kepercayaan masyarakat dengan memaksimalkan kembali penggunaan transportasi umum daripada menggunakan kendaraan pribadi. Itu karena lewat penggunaan transportasi umum bisa mampu mengurai kemacetan.

"Menggunakan transportasi umum lebih praktis dan lebih murah, serta tidak perlu capek-capek dalam perjalanan," Tommy memungkasi.