Logo
Mulai visor motor, aksesori, hingga piala

Olahan Limbah Akrilik dari Ponorogo Tembus Manca Negara

Reporter:,Editor:

Kamis, 21 February 2019 06:10 UTC

Olahan Limbah Akrilik dari Ponorogo Tembus Manca Negara

Bayu Eko dan Reiner Junge menunjukkan karyanya. Foto: Gayuh Satria

JATIMNET.COM, Ponorogo – Limbah bisa menjadi sesuatu yang berguna dan menghasilkan uang jika dimanfaatkan oleh tangan-tangan terampil dan kreatif. Seperti yang dilakukan dua warga Jalan Parang Centung, Kelurahan Kepatihan Wetan, Kecamatan Babadan, Kabupaten Ponorogo.

Mereka adalah Bayu Eko (31) dan Reiner Junge (31). Dari tangan kreatifnya, mereka mampu membuat aneka kerajinan dari bahan akrilik dan limbah akrilik. Produknya kini sudah terkenal hingga manca negara.

Kesuksesan mereka berdua berawal saat 5 tahun lalu Bayu Eko merintis usaha membuat Visor untuk aneka merek sepeda motor. Reiner Junge yang merupakan sahabat Bayu melihat ada banyak sisa limbah dari potongan akrilik dalam pembuatan visor.

BACA JUGA: Warga Ponorogo Sulap Barang Bekas Jadi Alat Fogging

Dari sini Reiner mencoba memanfaatkan limbah akrilik tersebut untuk membuat piala, ternyata setelah ditawarkan ke beberapa teman ada yang berminat. Sejak saat itu Reiner ingin memanfaatkan lebih banyak lagi limbah sisa akrilik bukan hanya untuk piala, tetapi bisa untuk gantungan kunci, vandel, lampu hias, sampai maket.

“Semuanya otodidak dan hasil kreativitas kami sendiri, tapi banyak juga yang bentuknya sesuai dengan pesanan pelanggan,” kata Reiner saat ditemui di workshopnya, Kamis 21 Februari 2019.

Workshop yang hanya berukuran 16 meter per segi tersebut penuh dengan peralatan-perlatan sederhana seperti bor, gerinda, las portable dan alat bending. Hampir semua sisa potongan akrilik bisa dimanfaatkan oleh Reiner.

BACA JUGA: Siswa SMA di Ponorogo Ciptakan Obat Nyamuk dari Daun

Untuk membuat gantungan kunci, dalam dua hari bapak satu anak ini mampu membuat 50 buah gantungan kunci dengan harga Rp 5 ribu per biji. “Harus dua hari karena butuh pengeringan saat penempelan stiker dan pengecatan di gantugan kuncinya,” ujarnya.

Namun saat ini ia mengaku kesulitan untuk melayani pesanan lampu hias dan beberapa vandel yang membutuhkan ukiran yang mendetail. Hal ini dikarenakan untuk membuat detail yang yang halus harus menggunakan mesin laser yang harganya bisa mencapai ratusan juta.

“Kalau hanya membuat ukiran huruf atau bentuk yang besar masih bisa, tapi jika sudah bebentuk wajah atau tokoh harus kita lempar ke percetakan,” terangnya.

BACA JUGA: 2.062 Penari Jathil Asal Ponorogo Pecahkan Rekor Muri

Meskipun begitu pesanan dari pelanggan terus datang, bahkan sudah sampai ke luar negeri melalui teman-teman yang bekerja di luar negeri seperti Singapura, Taiwan dan Hongkong.

“Meskipun sudah era digital akan tetapi pelanggan kami lebih banyak tahu dari mulut ke mulut, kebanyakan adalah teman-teman komunitas,” kata dia.

Sementara itu Bayu Eko menuturkan dalam sehari ia bisa membuat 20 visor berbagai ukuran jika memang permintaan sedang banyak. Saat ini ia selalu menyiapkan stok visor berbagai ukuran dan bentuk untuk semua merek sepeda motor.

Untuk satu visor bapak dua anak ini mejelaskan jika harganya bervariasi, mulai dari yang paling kecil seharga Rp 80 ribu sampai yang paling besar seharga Rp 250 ribu. “Untuk bahan baku saya ambil dari Madiun dan Solo, karena disana ketebalan dari akrilik lebih banyak variasinya,” pungkasnya.