Sabtu, 10 November 2018 09:37 UTC
Nisan Kuno di Aceh. Foto: Dok. Kemendikbud
JATIMNET.COM, Jakarta – Temuan baru adanya kemiripan bentuk dan corak nisan kuno yang ditemukan di Azerbaijan dan Indonesia melengkapi mozaik sejarah masuknya Islam di nusantara.
Duta Besar Indonesia untuk Azerbaijan, Husnan Bey Fananie bersama dosen dan peneliti dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia meluncurkan penelitian tentang sejarah masuknya Islam di Nusantara dari wilayah Kaukasus, khususnya Azerbaijan.
Kaukasus adalah sebuah daerah di Eropa Timur dan Asia Barat di antara Laut Hitam dan Laut Kaspia yang termasuk Pegunungan Kaukasus dan daerah-daerah rendah lainnya. Kaukasus kadang dianggap sebagai bagian dari Asia Tengah.
Puncak tertinggi di Kaukasus adalah Gunung Elbrus (5.642m), yang juga dianggap sebagai gunung tertinggi di Eropa. Negara-negara merdeka yang membentuk Kaukasus kini adalah Rusia (Distrik Kaukasus Utara), Georgia, Armenia dan Azerbaijan.
"Saya selaku Dubes RI di Azerbaijan, dibantu oleh para dosen dan peneliti dari FIB UI akan mengadakan penelitian tentang sejarah masuknya Islam di Indonesia," kata Duta Besar Husnan, Sabtu 10 November 2018.
Husnan menjelaskan bahwa penelitian tersebut akan menelusuri kesamaan budaya yang ditemukan di Indonesia dan Azerbaijan.
"Adanya kemiripan 'material culture' di kedua negara tersebut menunjukkan kemungkinan besar pengaruh Kaukasus dalam proses masuknya Islam ke Nusantara," ungkap Duta Besar Husnan.
Sementara itu, menurut Bastian yang beberapa waktu lalu sempat melakukan penelitian pendahuluan, ada hubungan antara masyarakat Azerbaijan dan Indonesia yang terlihat dari kesamaan nisan kuno yang ditemukan di kedua negara. Di Indonesia, nisan kuno tersebut ditemukan di Barus, Sumatera Utara dan Aceh.
"Saya sempat melakukan observasi lapangan di daerah Sundu dan Maraza, Azerbaijan. Nisan kuno yang ada di Barus dan Aceh memiliki bentuk dan karakteristik yang sama dengan yang ada di wilayah tersebut," jelas Bastian Zulyeno.
Dia menambahkan, dari segi "material culture" atau bahan budaya, nisan-nisan tersebut memiliki inskripsi (ukiran) dan simbol - simbol yang biasa ditulis pada nisan, yang umumnya terdapat pada pemakaman para tokoh sufi dan raja-raja di Azerbaijan.
Selain itu, lokasi pemakaman yang ditemukan di kedua daerah tersebut juga sama-sama berada di atas bukit.
Masyarakat Muslim di Indonesia merupakan mayoritas di negerinya dan juga di dunia, namun sejarah masuk dan berkembangnya agama ini di Nusantara masih menjadi bahan perdebatan.
Sampai kini, belum ada kesepakatan di antara para sejarawan mengenai sejarah awal kedatangan Islam serta asal pembawa ajaran tersebut.
Sejauh ini penjelasan tentang masuknya Islam ke Nusantara atau kepulauan Indonesia dibagi menjadi dua teori.
Teori pertama menyebutkan bahwa penyebaran Islam ke Indonesia terjadi pada abad ke-7 Masehi, yang berarti hampir bersamaan dengan meluasnya kekuasaan Daulah Islamiyyah di bawah kekuasaan Bani Umayyah (661-750 M) ke luar wilayah Jazirah Arab yang kini disebut sebagai Timur Tengah.
Pendukung teori pertama ini antara lain W.P. Groeneveldt, T.W. Arnold, Syed Naquib Al-Attas, J.C. van Leur, Hamka, dan Uka Tjandrasasmita.
Sedangkan teori ke dua mengatakan penyebaran Islam ke wilayah kepulauan Indonesia baru terjadi pada abad ke-13 M. Artinya Islam menyebar ke Nusantara pada masa Bani Abasiyyah (750-1258 M) menjadi penguasa di Timur Tengah.
Pendukung teori ke dua antara lain C. Snouck Hourgronje, R.A. Kern, J.P. Moquette, dan Haji Agus Salim.
Duta Besar Husnan menambahkan bahwa penelitian ini akan menghasilkan sebuah paradigma baru tentang sejarah masuknya Islam di Indonesia yang selama ini masih bias dan didominasi oleh teori Gujarat dan Timur Tengah. (ant)
