Logo

Murah Meriah Bertandang ke Sabang (4-Habis)

Reporter:

Sabtu, 22 September 2018 03:15 UTC

Murah Meriah Bertandang ke Sabang (4-Habis)

Tugu Kilometer Nol Indonesia di Sabang.

JATIMNET.COM, Surabaya – Matahari tepat di atas ubun-ubun ketika kapal merapat di Pelabuhan Balohan. Sekelompok lelaki menyerbu dek menawarkan jasa ojek, mengangkut barang bawaan, hingga sewa sepeda motor.

Dengan luas 156 kilometer persegi, luas Pulau Weh kira-kira separuh dari luas Kota Surabaya. Dalam waktu sehari pun, Anda bisa memutari penjuru pulau dengan berkendara motor. Sayangnya, rencana itu sulit terlaksana karena jadwal kapal kerap tak tentu. Padahal moda transportasi itulah satu-satunya akses pergi dan pulang dari Banda Aceh.

Tiba hari ini, pulanglah esok. Persiapkan perjalanan sebaik-baiknya. Ada banyak pilihan tempat menginap di Sabang. Penginapan kelas backpacker berkantong pas-pasan pun banyak tersedia.

“Asal jangan datang pas musim ramai kunjungan,” kata Fajar, memberi saran.

Tahun lalu saat Sail Sabang digelar, ia ikut kerja menjual kamar. Satu unit kamar model kos-kosan bisa ia jual Rp 400 ribu per malam.

“Padahal kalau musim sepi, Rp 100 ribu pun kami lepas,” katanya, tertawa.

Penginapan di Pantai Iboih Sabang.
Penginapan di Pantai Iboih Sabang.

Kami memilih menyewa motor untuk berkeliling pulau. Selain murah, cara itu membuat kita lebih leluasa mengunjungi tempat-tempat wisata. Setelah membayar ongkos sewa Rp 100 ribu per 24 jam, motor berpindah tangan. Tak menunggu lama lagi, kami berpacu dengan waktu menuju Tugu Kilometer Nol Indonesia.

BACA JUGA:
Murah Meriah Bertandang ke Sabang (1)
Murah Meriah Bertandang ke Sabang (2)
Murah Meriah Bertandang ke Sabang (3)

Jarak dari Balohan ke Kilometer Nol mencapai 33 kilometer. Ada dua rute, jalur selatan dan utara. Kami memilih jalur utara yang melintasi kota.

Kota Sabang adalah kota pelabuhan. Pada masa perang dunia kedua, kota ini menjadi rebutan tentara Sekutu dan Jepang karena letaknya yang strategis, berada di pintu masuk Selat Malaka.

Pada April 1947, ketika berada dalam kuasa Jepang, pasukan Sekutu memborbardir Sabang. Kota luluh lantak, Jepang mengalami kekalahan besar. Rupanya, serangan kilat bersandi Operasi Cockpit itu hanya pengalihan agar upaya Amerika menginfiltrasi Holandia (kini Jayapura) tak terganggu.

Jejak perang dunia kedua di sana masih bisa dinikmati dalam bangunan-bangunan kunonya. Dari rumah sakit, gedung perkantoran, hingga fasilitas militer. Di sekujur pulau, juga bertebaran gua Jepang dan sisa benteng pertahanannya. Salah satu yang populer, dan mungkin wajib Anda kunjungi adalah bungker di Anoe Itam.

Pada masa perang dunia kedua, benteng itu digunakan tentara Jepang sebagai tempat penyimpangan amunisi, selain pos pemantauan. Sebuah pos pengintaian berdiri di atas karang -bentuknya mirip periskop kapal selam- lengkap dengan meriam sepanjang 3 meter terpasang.

Setelah satu jam berkendara, sampailah kami di tempat tujuan. Titik Nol Kilometer. Di sana berdiri sebuah tugu setinggi 43,6 meter. Ada tangga yang bisa digunakan pengunjung untuk memuncakinya.

Lelah perjalanan tak lagi terasa begitu melihat tugu itu di depan mata. Saya menapaki anak tangga untuk mencapai gardu pandang di puncaknya. Dari atas ketinggian, yang tampak hanya luas Samudera Hindia.

Saya terpaku beberapa lama di sana. Berdiri di “serambi” negara membawa sensasi yang luar biasa.

Dari Sabang tinggal ke Merauke.

Travel
Travel