Jumat, 18 January 2019 11:01 UTC
Canting cap untuk isian sarung batik Hade Pekalongan
JATIMNET.COM, Surabaya – Sarung batik tidak tabu dikenakan dalam acara resmi. Seperti yang dipakai calon wakil presiden pasangan Joko Widodo, Ma’ruf Amin dalam debat pertama Kamis petang 17 Januari 2019 kemarin.
Di Pekalongan seluruh aparat sipilnya wajib mengenakan batik setiap Jumat minggu keempat. Peminat sarung batik pun meluas hingga ke Malang, Surabaya, Jakarta dan Kalimantan.
“Pesanan sarung batik dari perkantoran sudah sering di Pekalongan,” kata Sulaiman, pemilik batik Hade Jumat 18 Januari 2019. Pengusaha batik asal Pekalongan itu merasa kena dampak positif dari aturan yang dikeluarkan pemerintah daerahnya.
“Jadi, setiap Jumat minggu keempat, pegawai negeri laki-laki dan perempuan wajib memakai sarung batik,” katanya ketika dihubungi lewat telepon.
BACA JUGA: Ketika Batik Dan Alam Pegunungan Bromo Berpadu
Kewajiban mengenakan sarung batik bagi ASN itu dituangkan dalam surat edaran wali kota setempat. Aturan ini mulai berlaku sejak April 2018 lalu.
Sehingga Sulaiman merasa tidak heran ketika melihat sarung batik dikenakan pada peristiwa formal seperti debat pasangan capres-cawapres di Jakarta sebelumnya. Menurutnya motif batik yang dikenakan Ma’Ruf Amin adalah motif Kawung khas Solo.
Sementara Pekalongan populer dengan batik motif Jlamprang. Motif batik menurutnya lekat dengan daerah tertenu. “Motif khas Pekalongan ya Jlamprang, seperti roda-roda. Mega Mendung itu dari Cirebon. Kawung itu Soloan,” katanya.
Sejak merintis usaha sarung batik sepuluh bulan terakhir, ia menyebut peminat batik cap asal pekalongan sebagian besar berasal dari Malang dan Surabaya. Berikutnya menyusul permintaan dari Jakarta dan Kalimantan. Produksinya juga terus meningkat. Mulai dari 50 buah hingga menjadi sekitar 300 buah per bulan.
BACA JUGA: Festival Batik Banyuwangi Kolaborasikan Perajin Lokal Dan Italia
Ada 16 pekerja yang membantu proses mewarnai dan melukis batik menggunakan canting jenis cap di tempatnya. Jumlah perajin batik pun meningkat, dari dua orang di tahun 2011 menjadi 10 perajin saat ini.
Ia optimis tren sarung batik akan stabil di tahun ini. Selain penampilannya yang anggun, bahan sarung batik juga cenderung halus. Harganya pun terjangkau jika dibandingkan dengan sarung tenun.
“Sama-sama handmade, sarung tenun masih Rp 500 ribuan ke atas. Sarung batik sekitar Rp 120 ribuan,” katanya.
