Logo

KH Said Aqil Prihatin NU Jadi Sorotan, Ingatkan Tertib Organisasi

“Kita harus menghormati AD/ART, jangan dianggap seperti bungkus kacang"
Reporter:,Editor:

Minggu, 21 December 2025 12:45 UTC

KH Said Aqil Prihatin NU Jadi Sorotan, Ingatkan Tertib Organisasi

Para kiai yang hadir dalam Musyawarah Kubro di PP Lirboyo, Kediri

JATIMNET.COM, Kediri – Mantan Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj menyampaikan keprihatinan atas kondisi Nahdlatul Ulama yang kini menjadi sorotan publik. Ia menegaskan bahwa konflik yang terjadi bukan persoalan ambisi personal, melainkan menyangkut tertib organisasi.

“Kita harus menghormati AD/ART, jangan dianggap seperti bungkus kacang. Hormati para Mustasyar. Kalau pertemuan ketiga ini sampai gagal, Masya Allah, sampai kapan kita harus sowan?” ujarnya.

KH Said Aqil menilai konflik di tingkat pusat telah berdampak hingga ke daerah. Menurutnya, gagasan mengembalikan mandat kepada pemilik suara muktamar patut dipertimbangkan sebagai opsi terakhir demi menjaga NU sebagai warisan agung para pendiri.

Sejumlah PC dan PW NU pun mulai menyuarakan desakan agar segera digelar muktamar yang legitimate. Bahkan, muncul ultimatum bahwa jika dalam waktu tiga hari tidak terjadi pertemuan langsung antara Ketua Umum PBNU dan Rais Aam, dorongan pelaksanaan muktamar akan semakin menguat.

Di tengah situasi tersebut, Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf telah menyampaikan jawaban tertulis atas berbagai tuduhan yang dialamatkan kepadanya. Dalam penjelasannya, Gus Yahya menilai tudingan tersebut dapat dibantah dengan kondisi faktual di lapangan. Ia juga mengenang pesan mendiang KH Maimun Zubair.

“Sebagaimana harapan Mbah Maimun, Muktamar NU digelar di Sarang, Rembang,” kata Gus Yahya.

Sebagai informasi, Musyawarah Kubro yang digagas para Mustasyar dan sesepuh NU kembali digelar di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Minggu, 21 Desember 2025. Forum ini dimaksudkan sebagai ruang komunikasi dan islah, dengan tetap berpegang pada AD/ART NU. Namun, absennya Rais Aam untuk ketiga kalinya menjadi penanda bahwa waktu terus berjalan, sementara NU dihadapkan pada pilihan besar demi menjaga persatuan jam’iyah.