Logo

Moderasi, Agama dan Sepenggal Lagu Chrisye

Reporter:

Sabtu, 18 May 2019 03:58 UTC

Moderasi, Agama dan Sepenggal Lagu Chrisye

Ilustrasi masjid. Foto: Pixabay.com

JATIMNET.COM, Jakarta - Suasana Auditorium HM Rasjidi Kantor Kementerian Agama Jalan MH Thamrin mendadak hening, ketika tiba-tiba Menteri Lukman Hakim Saifuddin mengajukan sebuah pertanyaan mendasar tentang hakikat manusia, Jumat 17 Mei 2019 sore.

"Saya ingin bertanya. Jika selama ini kita menjalankan ajaran agama kita, beribadah sesuai ajaran agama kita, apa sebenarnya tujuan kita? Apa karena kita takut neraka? Dan inginkan surga? Apa tujuan kita?" tanya Lukman.

Ratusan pasang mata pun bergeming menatap Lukman yang tampil mengenakan pakaian serba putih. Hadirin yang terdiri dari pejabat eselon III dan IV serta para pegawai honorer di lingkungan Kemenag.

Ia kemudian mengutip sepenggal lagu yang dipopulerkan mendiang Chrisye. "Saya teringat satu lagu yang dipopulerkan oleh Chrisye yang memiliki makna sangat dalam," lanjutnya.

BACA JUGA: Kemenag Tangkal Infiltrasi Radikalisme dan Liberalisme di Dunia Pendidikan

Jika surga dan neraka tak pernah ada,

masihkah kau bersujud kepadaNya.

Jika surga dan neraka tak pernah ada,

Masihkah kau menyebut nama-Nya.

BACA JUGA: Kemenag Akan Terbitkan Buku Induk Moderasi Beragama

Tiba-tiba Menag Lukman menyenandungkan bait syair di atas. Penggalan lagu "Jika Surga dan Neraka Tak Pernah Ada" karya Ahmad Dhani tersebut memang cukup populer saat dinyanyikan kembali oleh Chrisye.

Menurut Menag, ada sebagian orang yang beribadah mungkin karena ia takut akan neraka. Tapi ada juga sebagian yang lain menjalankan agama karena ia ingin masuk surga.

"Apapun alasan seseorang, yang terpenting kita jangan mengklaim kalau kita yang paling benar, dan orang lain salah," tandasnya.

Ia pun menuturkan, ingin mengingatkan jajarannya tentang esensi beragama melalui penggalan lagu tersebut. Menurutnya, penting untuk memahami hakikat beragama. Hal ini yang kemudian akan mempengaruhi cara seseorang beragama.

BACA JUGA: Kemenag Siapkan Regulasi Pengarusutamaan Moderasi Beragama

Dalam kurun tiga empat tahun belakangan, Kementerian Agama secara konsisten menyerukan tentang moderasi beragama. Ia berharap pertemuannya sore itu, selain menjadi ajang silaturahmi juga menjadi tempat menyamakan persepsi dan cara pandang dalam beragama.

Ia menambahkan, ada kelompok yang dalam beragama menafsirkan kitab suci dengan cara yang amat tekstual. Sementara ada juga yang menafsirkan kitab suci dengan mengandalkan akal pikirannya saja.

"Moderasi beragama sebenarnya adalah upaya agar yang berlebihan itu kita rangkul untuk kembali ke tengah," katanya.

Cara pandang semacam ini yang ia harapkan dimiliki oleh seluruh keluarga besar Kementerian Agama. "Ini penting, kami memiliki cara pandang yang sama, karena bagian yang tidak terpisahkan dari kementerian agama," pesannya.