Logo

Menikmati Aneka dan Cita Rasa Durian di Banyuwangi

Reporter:

Senin, 19 November 2018 23:12 UTC

Menikmati Aneka dan Cita Rasa Durian di Banyuwangi

Beberapa durian yang sudah dibelah dan siap untuk dinikmati di Likin Durian Garden. FOTO: Rochman Arief

BICARA tentang Banyuwangi tak bisa lepas dari objek wisata dan kuliner. Salah satunya yang nyaris luput dari incaran wisatawan domestik dan asing adalah durian. Padahal sudah dua dasawarsa ini daerah di ujung timur Jawa itu memiliki sentra durian cita rasa dan jenisnya yang khas.

Sabtu 17 November 2018, saya berkesempatan memenuhi undangan PT Bumi Suksesindo (BSI) untuk mengunjung pengolahan emas di tambang Tumpang Pitu, Desa Sumberagung Kecamatan Pesanggrahan. Sekitar pukul 15.25 WIB, usai melihat area tambang, rombongan kami bergerak menuju Desa Pakissonggon Kecamatan Songgon. Tujuannya menuju kampung durian.

Perjalanan yang semestinya ditempuh sekitar dua jam harus ditempuh hampir tiga jam, lantaran salah ambil rute dan rombongan terpecah. Di tengah jalan, rombongan saling tunggu dan komunikasi melalui telepon agar menemukan jalan dan berjalan beriringan.

Setelah menempuh perjalanan hampir tiga jam, dengan berbagai obrolan di dalam kendaraan, sampailah rombongan kami di kampung durian Desa Pakissonggon Kecamatan Songgon.

Betapa terkejutnya rombongan ketika memasuki kampung tersebut. Sebab di depan gapura hanya tertulis Selamat Datang di Kampung Durian Songgon-Banyuwangi. Selain itu, untuk masuk ke kampung durian gelap karena minim penerangan dan jalannya belum diaspal.

Tapi di kanan-kiri masih bisa melihat sawah yang sudah dipanen, meski kondisi gelap. Terlihat tumpukan jerami dan sawah yang dialiri air untuk merendam areal sebelum ditanam kembali.

“Kita ke Likin Durian Garden,” kata Mufizar Mahmud, Corporate Communication BSI yang memandu perjalanan kami.

Kurang lebih menempuh perjalanan 15 menit dan melewati dua jembatan kecil, lalu belok ke kiri, masuk ke jalan setapak yang hanya bisa dilewati satu sepeda motor. Kondisi yang makin gelap dan kanan-kiri terlihat kebun durian dengan jalan yang sedikit naik-turun, barulah sampai di Likin Durian Garden.

“Selamat datang, selamat menikmati durian,” sapa Solikin (46), empu Likin Durian Garden.

Rasa penasaran, lelah, dan capek terbayar ketika mendengar suara air di antara beberapa gubuk. Di gubuk utama telah tersaji makan malam khas desa; seperti lalapan, pepes belut, ikan wader, nasi, dan tahu-tempe. Tak ketinggalan sambal.

Sementara di tempat terbuka, kurang lebih ada tiga keranjang yang berisi puluhan durian dengan aneka rasa dan warna tersaji. Rombongan terpecah antara menikmati durian dan makan malam. Pilihan saya, durian.

Satu-persatu durian dibelah dengan parang di bawah temaram lampu. Bergiliran satu-persatu rombongan membelah durian dan menikmatinya di tepi sumber yang ditampung dalam sebuah kolam renang mini.

Kami memilih durian dengan duri yang agak jarang-jarang, yang menandakan durian sudah matang. Hanya sekali injak durian sudah terpecah dan siap dinikmati.

“Kalau siang atau sore banyak yang berendam di sini,” ucap Likin, sapaan Solikin seraya menunjuk kolam renang mini yang terdapat beberapa ban dalam mobil untuk mengapung. Airnya dingin dan bisa digunakan untuk cuci tangan sebelum dan sesudah santap durian. Atau membasuh muka.

Likin Durian Garden berdiri sejak 25 tahun silam. Namun popularitasnya baru dikenal orang dalam 15 tahun terakhir. Popularitas durian milik Likin lantaran usia pohonnya yang berkisar antara 75-250 tahun.

Menurutnya, kebun tersebut milik leluhurnya. Dan untuk menanam pohon durian sudah tidak ada tempat. Sebab kerapatan dari satu pohon ke pohon lain berkisar 3-5 meter. Bahkan dia mengklaim, durian di Songgon tidak akan habis.

Tidak bisa dipastikan berapa luas lahan yang dimiliki, namun Likin menjamin pohon durian miliknya kurang lebih mencapai 500-an, dan bisa menjamu seribu tamu per hari. Semuanya tidak dipetik, tetapi jatuh dari pohon.

Banyaknya pohon durian yang dimiliki, tak membuat Likin mengambil durian milik tetangga. Saat ini duriannya sudah berlimpah. Dan ia ingin memberi kesempatan pada warga dan tetangga untuk mengembangkan bisnis durian di Kampung Durian.

“Kita sebagai pemain, menyuguhkan durian bukan sekedar warna. Tapi cita rasa,” terangnya.

Dia memberi contoh durian Jenewer. Jenis ini sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda lantaran jenis ini bisa memabukkan dan rasanya cenderung pahit dan sedikit manis. Di zaman itu banyak orang-orang Belanda yang memanfaatkan durian Jenewer untuk mabuk-mabukan.

Likin menjelaskan tidak banyak tamunya yang sanggup menghabiskan satu buah durian Jenewer. Adapun warna durian yang dimilikinya merah, pink, oranye, kuning, mentega, putih, dan durian lanang. Durian lanang memiliki khasiat bagi kaum adam untuk meningkatkan libido.

“Durian lanang memiliki reaksi. Ketika dinikmati dua jam sebelum tidur, pada saat bangun bisa untuk ‘bertempur’,” lanjut Likin sambil tersenyum.

Khusus untuk durian lanang dan jenewer, umumnya dalam satu pohon hanya ada satu buah dan bentuknya relatif lebih kecil. Sayangnya, malam yang gelap menyulitkan kami mengenali warna durian lanang dan Jenewer. Mana merah, kuning, oranye, dan lanang maupun jenewer, semua tampak sama.

Soal harga, durian merah paling mahal. Likin menjual satu durian merah seharga Rp 300 ribu untuk yang paling kecil ukurannya. Sedangkan oranye dan pink Rp 100 ribu-Rp 200 ribu. Pelangi Rp 150 ribu dan mentega Rp 75 ribu, tergantung besar-kecil ukurannya.

Untuk musim panen terjadi antara Februari-Maret, sedangkan pada Oktober-November dianggap bonus dari alam. Menurutnya, bonus alam ini diperkirakan akan terjadi hingga Januari-Februari 2019.

Sekitar pukul 21.20 WIB rombongan puas menyantap durian. Satu-persatu bergantian ke kamar kecil yang dindingnya terbuat dari anyaman bambu. Gelap tak ada penerangan. Untung ada ada handphone yang dilengkapi senter.

Salah satu rombongan mulai melepas baju lantaran berkeringat pasca menikmati durian. “Pasti Anda mabuk durian, karena di dalam durian terdapat gas dan alkohol alamiah. Dan Anda banyak menyantap durian jenis Jenewer,” kata Likin.

Sebelum menerima rombongan kami, Likin mengatakan menerima tamu dari Hong Kong, Singapura, dan Prancis pada sore harinya. Bahkan beberapa tamu asal Korea, Amerika Serikat, Jerman, dan Belanda pernah mampur. Mereka datang setelah melihat Google My Business Likin Durian Garden.

Toh pemerintah Banyuwangi tak kunjung menyertifikasi durian khas dari daerahnya.