Senin, 31 August 2020 02:00 UTC
BELAJAR. Sejumlah anak-anak atau siswa sekolah dasar melakukan belajar tatap muka akibat tidak memiliki fasilitas daring. Foto: Agus
JATIMNET.COM, Gresik - Tidak semua siswa di Kabupaten Gresik bisa merasakan belajar dengan sistem daring yang diwajibkan sekolahan saat pandemi Covid-19, sebab fasilitas seperti WiFi, android atau Hape sekalipun masih banyak yang tidak memiliki-nya.
Belasan anak jalanan yang bertempat di sekitar Terminal Angkot di Jalan Gubernur Suryo, Kecamatan Gresik Kota terlihat antusias menerima pelajaran secara tatap muka dengan seorang guru relawan di sebuah stand kios yang beralih fungsi sebagai kamar kos.
Hingga kepedulian datang dari grup media sosial berakun Gresker (Gresik Expresi) diinisiasi Aldino Iskandar, yang berencana akan memberikan batuan meja belajar dan perangkat alat sekolah bagi 15 siswa yang ikut belajar di sekitar Terminal angkot (Gubernur Suryo).
"Mereka antusias belajar tanpa mempedulikan sarana yang memadahi, lewat program sosial kami bernama Gresker Pedili Anjal, kami akan berikan meja belajar, tas dan alat tulis. Donaturnya dari anggota Gresker, rencanya Sabtu depan karena pesanan baru selesai," terang pria akrab disapa Cacak ini, Minggu 30 Agustus 2020.
BACA JUGA: Terkendala Smarphone Siswa di Probolinggo Belajar di Bawah Pohon
Menengok sosok Siti Huroirohmatin guru SD Negeri Telogopojok rela meluangkan waktu nya, mendatangi anak-anak disekitar Terminal angkutan kota yang berawal dari rasa iba pada anak-anak karena tidak mendapatkan ilmu pelajaran saat pandemi Covid-19.
Kurangnya efektivitas mewajibkan murid untuk belajar daring adalah salah satu alasan kuat wanita yang akrab dipanggil Bu Atin ini untuk mengajar langsung (tatap muka), sebab mereka tidak memiliki fasilitas belajar daring, semua tidak memiliki hape atau android.
"Mereka (para murid) tidak ada yang memiliki android, mereka bahkan sering mengamen membantu orang tuannya yang juga bekerja serabutan," terang Bu Atin disela sela memberikan materi pelajaran kamar kos salah satu orang tua murid sekitar Terminal.
Atin bahkan sering menjemput satu persatu murid nya yang sedang mengamen untuk belajar, tidak hanya materi pelajaran saja ysng diberikan, agar tidak jemuh, Atin memberikan pola belajar didalam angkot yang tengah parkir, pola belajar sambil bermain juga dilakukan.
BACA JUGA: Balai RW dan BLC Akan Jadi Tempat Belajar Baru Bagi Anak Kurang Mampu
Suasana bising kendaraan dan lalu lalang calon penumpang angkot tidak menyurutkan anak-anak jalanan ini tetap giat belajar, dengan alat belajar seadanya mereka tetap serius mendengarkan guru yang menjelaskan materi pelajaran yang nyaris tidak dirasakanya saat pandemi.
Tidak ada meja belajar, hanya tikar dan alas kamar kos yang menjadi sarana utama, bahkan tidak sedikit mereka bergantian meminjam sebuah pensil atau pena sekalipun, mereka membungkuk saat menuliskan tugas yang diberikan guru.
Angger (7) salah satu murid SD Negeri Bedilan mengaku senang bisa mendapatkan lagi belajar dengan tatap muka, sekian lama ia diliburkan dan harus belajar dirumah dengan daring yang nyaris tidak pernah dilakukan akibat tidak memiliki fasilitas.
"Cita cita saya mau jadi tentara, saya naik kelas dua tapi ga boleh katanya umur saya masih tujuh. Senang bisa belajar lagi, dua kali seminggu," jawab Angger dengan suara lirih karena memakai masker.
BACA JUGA: MPLS Daring, Siswa Tak Mampu Diberi Bantuan Pulsa Kuota Internet
Kedatangan relawan guru (Atin) ini banyak disukai oleh para orang tua murid yang tinggal dilokasi sekitar Terminal, bahkan tidak sedikit mereka menitipkan anaknya yang Balita untuk ikut belajar, mereka beryukur karena anaknya mau belajar meski setelah itu lanjut mengamen.
"Senang bisa lihat anak saya ikut belajar, dia belum pernah bersekolah, rencannya tahun depan sekolah," terang Murti gembira sembari menunjuk anaknya bernama Aditya.
Diketahui beberapa sekolahan mewajibkan agar sekolah dilakukan dengan daring, namun itu tidak maksimal apalagi banyak di antara wali murid tidak memiliki seluler dengan kapasitas cukup, hal ini dimungkinkan salah satu penyebab yang membuat anak-anak berhenti belajar.