Rabu, 05 May 2021 08:20 UTC

Susiati, 55 tahu, mengangkat kue Klemben dari oven tradisional di dapurnya, Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Banyuwangi, Rabu 5 Mei 2021. Foto : Ahmad Suudi
JATIMNET.COM, Banyuwangi - Klemben atau Bolu Kuwok mudah ditemukan di Banyuwangi, terutama komunitas Suku Osing, pada masa Lebaran. Di atas meja kayu dengan taplak kain di ruang tamu, Klemben kerap terlihat dalam jajaran toples kue.
Jelang Lebaran kali ini pun menjadi masa sibuk pembuat Klemben melayani pesanan yang masuk. Lantaran kebutuhan masyarakat akan kue bolu kering itu meningkat drastis.
Salah satunya Susiati, 55 tahun, warga Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Banyuwangi, yang rutin memproduksi Klemben sejak tahun 2012. Dia tengah sibuk dengan adonan dan tungku tradisionalnya, saat ditemui Jatimnet di dapurnya, Rabu 5 Mei 2021.
Baca Juga: Pemuda Banyuwangi Belajar Memasak Makanan Ritual
Dia mengatakan di hari biasa dia hanya membuat Klemben 2 hari per minggu untuk melayani pesanan. Namun kini dia harus memproduksi 11 kilogram kue per hari.
"Saya mulai bikin jam 5 subuh sampai jam 5 petang. Mulai hari kedelapan puasa sampai seminggu sebelum Lebaran," kata Susiati sambil mengaduk adonan.
BOLU KUWOK: Klemben atau Bolu Kuwok mudah ditemukan di Banyuwangi, terutama komunitas Suku Osing, pada masa Lebaran, Rabu 5 Mei 2021. Foto: Ahmad Suudi
Dalam adonan itu, tercampur tepung terigu, garam, jahe, gula putih, gula aren, dan soda kue. Adonan dituang dalam cetakan logam yang kemudian dioven secara tradisional di dalam tungku api. Di bawah cetakan logam terdapat perapian dengan kayu. Sementara di atasnya, ditutup seng bundar yang juga diberi perapian.
Dengan proses oven tradisional itu, adonan kue dalam cetakan mendapatkan panas dari bawah maupun atas tungku. Produsen Klemben yang lain telah banyak yang beralih ke oven modern.
Baca Juga: Kisah Ambo, Anak Suku Muyu Papua di Arena PIRN di Banyuwangi
"Dulu pernah coba pakai oven otomatis, kalau ada pesanan sedikit kan lebi enak. Tapi nggak jadi, bagian atas bagus tapi bagian bawah nggak matang," kata Susiati.
Sebagai roti bolu kering, tekstur luar Klemben renyah sementara di dalam lembut seperti bolu pada umumnya. Rasanya gurih dan manis, yang ditambah rasa dan aroma aren.
Satu kilogram Klemben dia hargai Rp 55 ribu, yang berisi sekitar 45 biji kue. Pembeli kue buatannya dari dalam dan luar daerah. Sebagian yang rutin memesan ialah toko-toko untuk dijual kembali.
