Sabtu, 23 November 2019 10:26 UTC
RITUAL. Belasan Barisan Pemuda Adat Nusantara Suku Osing Banyuwangi belajar memasak makanan ritual di Lingkungan Cungking, Kelurahan Mojopanggung, Banyuwangi, Sabtu 23 November 2019. Foto : Ahmad Suudi.
JATIMNET.COM, Banyuwangi – Belasan anggota Barisan Pemuda Adat Nusantara (BPAN) Osing Banyuwangi mengikuti pelatihan memasak makanan ritual. Masyarakat Osing di banyak desa di Banyuwangi memiliki ritual tradisinya masing-masing yang dilengkapi ubo rampe atau perlengkapan sesaji.
Penggagas kegiatan Wiwin Indiarti mengatakan ada beberapa jenis makanan ritual yang melengkapi ubo rampe. Makanan itu memiliki ketentuan yang ketat dalam pemilihan bahan, cara memasak hingga urutan prosesnya.
Pentingnya makanan ritual memunculkan gagasan untuk melestarikannya dalam program pengabdian masyarakat yang dibiayai Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Ristekdikti).
Selain menyusun buku makanan ritual dalam kebudayaan Suku Osing, Dosen Bahasa Inggris Universitas PGRI Banyuwangi itu juga mengenalkan cara memasaknya pada pelaku adat muda.
BACA JUGA: Perjuangan Para Pelajar Banyuwangi Demi Tampil di Gandrung Sewu
“Misalnya di Cungking ada enam nenek yang selalu memasak sesajen, berapapun banyaknya tamu selamatan hanya mereka yang memasak. Tahun lalu meninggal satu,” kata Wiwin di lokasi pelatihan Lingkungan Cungking, Kelurahan Mojopanggung, Banyuwangi, Sabtu 23 November 2019.
Setelah mengikuti pelatihan, muda-mudi itu tidak lantas boleh memasak untuk ritual selamatan betulan. Pasalnya di Cungking pemasak makanan ritual harus sudah monopouse, atau dianggap bersih dari darah menstruasi, dan mendukung sakralnya ritual.
Wiwin juga mengatakan sasaran pelatihan ini agar pelaku adat muda mendapatkan wawasan lebih banyak akan tradisi orang tuanya. Selain itu masakan juga terdiri atas tanaman-tanaman yang dahulu dibudidayakan leluhur.

BELAJAR. Ani (19) pemuda adat Desa Kenjo membawa sayuran untuk pelatihan makanan ritual Suku Osing, Sabtu 23 November 2019. Foto: Ahmad Suudi.
Sebagian tanaman itu kini telah sulit ditemukan di Cungking sehingga harus dicari ke tempat lain atau diganti varian lain. Misalnya labu siam diganti manisah, koro putih, terong putih yang kini harus diganti yang berwarna hijau.
“Tanaman-tanaman itu hilang dari Cungking karena alih fungsi lahan atau terganti jenis bahan makanan lain. Jadi kami sedang membicarakan ketahanan pangan lokal masyarakat Suku Osing,” tambah Wiwin.
Masyarakat Suku Osing Lingkungan Cungking memiliki tiga agenda ritual tahunan yakni Selamatan Bersih Desa, Resik Kagungan, dan Resik Lawon. Pelatihan serupa juga dilaksanakan di Desa Wisata Kemiren, dan Dusun Andong, Desa Tamansuruh dengan menu masakan ritualnya masing-masing.
BACA JUGA: Perjuangan Kaum Milenial di Banyuwangi dalam Merawat Tradisi Mocoan Lontar Yusuf
Ani (19) peserta pelatihan dari Desa Kenjo, mengatakan di Cungking dia belajar bagaimana makan ritual Tumpeng Serakat dibuat. Dia ikut memilih dedaunan sayuran yang akan dimasak satu per satu yang tidak berlubang dan cacat.
“Daun harus dipetik satu-satu dipilih yang sempurna tanpa lubang, yang tidak cacat. Jadi betul-betul pilihan," kata Ani.
Demikian yang dijelaskan Dinda (18) dari Desa Tamansuruh yang juga mengingat-ingat bahwa semua bahan masakan tidak boleh dicium. Dari daun cabai, tomat ranti gunung, selada air, dadap dan katuk dipetiki yang bagus selembar demi selembar.
“Bisa lebih tahu masakan ritual. Biasanya kan yang muda hanya bantu-bantu. Kesakralan juga dijaga,” kata Dinda.