Kamis, 27 June 2019 04:55 UTC
Andrianus Amrose (19) pelajar asal Merauke, Provinsi Papua, yang bercita-cita menjadi peneliti budaya berfoto bersama Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas. Foto: Ahmad Suudi
JATIMNET.COM, Banyuwangi - Andrianus Amrose (19) dan 7 remaja asal Merauke lainnya segera berdiri saat perwakilan dari Papua ini dipanggil lewat pengeras suara.
Mereka berusaha menampakkan diri di antara 1.000 pelajar peserta Perkemahan Ilmiah Remaja Nasional (PIRN) ke-18 di Gelanggang Olahraga (GOR) Tawang Alun Banyuwangi, Senin 24 Juni 2019.
Mereka semua akan melalui waktu-waktu sibuk hingga 7 hari bersama instruktur LIPI dan guru pendamping. Penyampaian materi panduan menyelenggarakan penelitian ilmiah dan praktik di lapangan akan mereka ikuti hingga malam hari.
Ambo, sapaan Andrianus Amrose, lekat memandangi tarian Rodhat Syi'iran yang dibawakan penari-penari remaja Banyuwangi. Duduk di barisan paling belakang, sesekali dia berdiri untuk merekam tarian di atas panggung dengan gawainya.
BACA JUGA: Kemah Ilmiah LIPI di Banyuwangi Pesertanya Capai 1.000 Pelajar
"Saya ingin jadi peneliti kebudayaan. Karena ingin tahu macam-macam ragam etnis budaya di seluruh wilayah Indonesia," kata Ambo pada Jatimnet.com.
Di halaman pertama bukunya, tertulis orang asli Banyuwangi adalah Suku Osing. Hal itu diketahuinya dari kawan sekamar di Hotel Slamet Banyuwangi, tempatnya tinggal selama mengikuti perkemahan ilmiah. Seorang kawan di kamarnya memang asli pelajar Banyuwangi.
Seorang lagi dari Jakarta menceritakan kemacetan dan jalan tol padanya. Sedangkan dirinya bercerita bahwa antar desa di Merauke berjarak 10 kilometer dengan ragam budaya di sana.
Seorang kawan Banyuwangi lain, kata pelajar kelas 3 SMA YPK Merauke itu, membantunya mengenakan Udeng Osing di kepala. Sebagai peserta, dia memperoleh kemeja batik Gajah Oling khas Banyuwangi dari panitia penyelenggara perkemahan.
BACA JUGA: Banyuwangi Berpotensi Ekspor Buah Naga ke Rusia
Ambo mengatakan pergi ke Banyuwangi adalah perjalanan pertamaya keluar dari Merauke. Naik pesawat ke Surabaya dengan transit di Makassar. Lalu naik kereta api ke Banyuwangi setelah menginap semalam di Surabaya.
"Lama sekali naik kereta api, 8 jam duduk capek," katanya sambil tertawa.
Bungsu dari 9 bersaudara ini mendapat kesempatan mengikuti perkemahan ilmiah di Banyuwangi setelah meraih juara 3 di perkemahan ilmiah 2018 di Merauke.
Putra pasangan Aminin dan Mikela, warga Kecamatan Merauke, ini menentukan cita-citanya setelah bertemu para peneliti dalam even yang diikutinya tahun lalu itu. Saat itu ia termotivasi untuk menambah pengetahuan dan wawasan dengan cara menjadi peneliti.
Dengan mengikuti perkemahan ilmiah kali ini, dia berharap bisa meraih cita-cita itu. Mengikuti perkemahan ilmiah remaja ini juga masuk dalam daftar keinginan besarnya.
BACA JUGA: “SiroTangar” Penyiram Tanaman Otomatis yang Bisa Di-remote
"Sangat ingin (ikut), untuk menambah wawasan ilmu yang masih sedikit," kata Ambo yang lebih lancar berbicara Bahasa Inggris daripada Bahasa Indonesia itu.
Remaja yang pandai memanah, berenang dan berburu itu menceritakan di Merauke lulusan sekolah banyak yang menganggur. Beberapa kakak kelasnya berhasil menjadi guru atau mendapatkan pekerjaan lain.
Diambil dari data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Merauke, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di sana 5,78 persen. Angka itu sedikit lebih tinggi dibandingkan TPT nasional Februari di tahun yang sama sebesar 5,70 persen.
Pemerintah berusaha meningkatkan perekonomian Merauke dengan membangun jalan aspal Trans Papua ke Kabupaten Boven Digoel Sepanjang 422 kilometer.
BACA JUGA: Komunitas Sengker Kuwung Belambangan Kembangkan Kamus Bahasa Using Daring
Bila sebelumnya dengan jalan tanah perjalanan membutuhkan waktu berminggu-minggu, kini perpindahan antar dua kabupaten perbatasan dengan Papua New Guinea itu hanya memakan waktu 8 jam.
Sementara di Banyuwangi, Ambo tengah sibuk dengan perkemahan ilmiah dan bersiap tampil di acara penutupan, Sabtu 29 Juni 2019 nanti. Dia bersama kawan-kawan akan menampilkan Tari Penjemputan yang aslinya dimiliki Suku Marind Merauke, di atas panggung acara penutupan.
Ambo mengatakan sangat bersyukur bisa kembali terpilih menjadi peserta perkemahan ilmiah yang diselenggarakan LIPI kali ini. Catatan-catatan tentang Suku Osing dan suku-suku lain yang ditemuinya terus dikumpulkan dan disimpan.
"Puji Tuhan saya bisa juara 3 makanya dipilih ikut perkemahan ilmiah ini," katanya.