Logo

Media Asing Soroti Aksi Protes dan Rasisme pada Mahasiswa Papua

Reporter:

Selasa, 20 August 2019 09:26 UTC

Media Asing Soroti Aksi Protes dan Rasisme pada Mahasiswa Papua

KEPUNG ASRAMA. Aksi pengepungan asrama mahasiswa Papua di Jalan Kalasan, Surabaya pada Sabtu, 17 Agustus 2019. Polisi didesak mengusut tuntas dan menindak tegas pelaku pengepungan. Foto: Khaesar Gle.

JATIMNET.COM, Surabaya –Kerusuhan etnis di Papua Barat, serta tindakan rasis dan penangkapan massal mahasiswa Papua di Surabaya mendapat sorotan dari media asing. Hal ini mengikuti respon Presiden Joko Widodo yang meminta agar warga Papua tenang, dan memaafkan perlakuan rasis dan penangkapan massal  yang diterima warga Papua di Surabaya.

“Saudara laki-laki dan perempuanku di Papua dan Papua Barat, saya tahu kalian merasa tersinggung,” kata Presiden Joko Widodo. “Tak masalah untuk merasa emosional, tapi lebih baik untuk memaafkan, bersabar juga lebih baik,” kutip The Guardian, di Theguardian.com, Selasa 20 Agustus 2019. 

Komentar Jokowi datang setelah ribuan orang turun ke jalan di Ibu Kota Papua Barat, Manokwari, pada Senin, 19 Agustus 2019, dan membakar gedung DPRD setempat.

BACA JUGA: AJI Imbau Media Terapkan Jurnalisme Damai dalam Peristiwa Papua

Aksi itu muncul sebagai protes menentang kekerasan rasial dan penangkapan massal mahasiswa Papua di Surabaya.

The Guardian menyebut jika gerakan separatis menghangat di wilayah timur Indonesia, Papua dan Papua Barat, sejak beberapa dekade, pasukan keamanan Indonesia sering dituduh melakukan pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM).

Pada Sabtu 17 Agustus 2019, Indonesia merayakan hari kemerdekaan, lebih dari 40 pelajar Papua di Surabaya, Jawa Timur, ditahan dengan tuduhan merusak bendera Indonesia di depan asrama mereka, menurut aktivis Papua.

Sekumpulan massa yang marah berkumpul di depan asrama dan dilaporkan melemparkan seruan rasis dan slogan anti Papua, serta dengan nada mengancam.

BACA JUGA: Polisi Dituntut Tindak Pelaku Pengepungan Asrama Mahasiswa Papua di Surabaya

Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, meminta maaf atas perilaku kerumunan tersebut, dan mengatakan, “Itu tidak mewakili suara dari masyarakat Jawa Timur,”.

Seluruh mahasiswa sudah dibebaskan setelah diperiksa, namun razia polisi dan tembakan gas air mata adalah respon yang “sangat tidak proporsional”, kata pengacara HAM Indonesia, Veronica Koman.

Menteri Pertahanan dan Keamanan Indonesia, Wiranto, menegaskan akan ada investigasi atas apa yang terjadi di Surabaya.

Kepada The Guardian Australia, Koman dan mahasiswa yang melakukan protes mengatakan jika mereka berharap aksi protes terus berlanjut. Koman mengatakan jika pemerintah telah membatasi akses internet di wilayah Papua Barat.

BACA JUGA: Gubernur Jatim Minta Maaf Atas Insiden yang Menimpa Mahasiswa Papua

Gubernur Provinsi Papua, Lukas Enembe, meminta perilaku rasis kepada warga Papua di seluruh Indonesia, dan menyerukan kepada seluruh gubernur di Indonesia untuk melindungi mahasiswa Papua.

“Ini adalah upaya bersama kami untuk mencegah kejadian serupa di masa depan sekaligus juga menjaga nasionalisme dan kesatuan sebagai penduduk Indonesia,” katanya.

“Kami berharap bahwa seluruh masyarakat non Papua di Indonesia akan menjaga harmoni dengan tidak melakukan tindakan inkonstitusional seperti persekusi, kekerasan, keegoisan, rasis, diskriminasi, dan intoleransi, serta berbagai tindakan yang bisa menyakiti masyarakat Papua atau merusak keharmonisan,” katanya.