Minggu, 29 September 2019 03:50 UTC
LULUH LANTAK. Rumah kakek Toriya luluh lantak setelah terbakar pada Minggu 29 September 2019 dini hari. Foto: Hozaini
JATIMNET.COM, Situbondo- Peristiwa kebakaran di Situbondo, Jawa Timur mencapai 81 kejadian sejak Juli-September. Dari jumlah itu, sebanyak 55 kali berupa kebakaran hutan dan lahan kosong dan 26 kali kebakaran rumah.
Data BPBD Situbondo menyebutkan penyebab tertinggi kebakaran rumah disebabkan karena kesalahan manusia dan korsleting arus pendek listrik. Sedangkan kebakaran hutan dan lahan kosong masih belum diketahui penyebabnya.
“Total kerugian ditaksir mencapai Rp 690 juta,” kata Koordiator Pusdalops BDPD Situbondo, Puriyono, Sabtu 29 September 2019.
BACA JUGA: Kemarau, 67 Kebakaran dalam Tiga Bulan di Situbondo
Menurutnya, peristiwa kebakaran paling baru terjadi di rumah pasangan kakek Toriya (70) di Desa Olean, yang terbakar Minggu 29 September 2019 dini hari.
Waktu kejadian, Toriya sedang tidur dan terbangun kaerna api yang membakar rumahnya di bagian belakang sudah membesar.
"Api berasal dari dapur rumah. Saya kaget menyelamatkan diri melihat api sudah besar," kata Toriya.
BACA JUGA: Kebakaran di Situbondo Hanguskan Tiga Rumah Sekaligus
Kebakaran rumah semi permanen ini membuat panik warga sekitar. Salah seorang tetangga korban yang rumahnya berdekatan mengalami luka bakar di bagian wajah dan lehernya saat berusaha menyelamatkan diri.
" Rumah saya berada di depan rumah korban. Saya panik dan terkena api saat mau menyelamatkan diri,” kata Eko, sambil menunjukan luka bakar di pelipis dan lehernya.
BACA JUGA: Menggoreng Tahu, Café di Objek Wisata Pasir Putih Situbondo Ludes Terbakar
Puluhan warga bahu membahu memadamkan api agar tak merembet ke rumah lainnya. Api baru bisa dipadamkan satu jam kemudian setelah dua unit mobil pemadam tiba di lokasi. Meski demikian, rumah korban beserta perabotan rumah ludes terbakar.
Terkait penyebab kebakaran saat ini masih dalam penyelidikan aparat kepolisian. Namun, berdasarkan keterangan korban, api terlihat pertama kali dari dapur rumah. "Untuk sementata korban mengungsi ke rumah kerabatnya," pungkas Puriyono.