Minggu, 08 March 2020 13:46 UTC
Dosen Jurusan Teknik Mesin Poliwangi Khairul Muzaka memeriksa panel listrik yang dirangkainya di ruang takmir Masjid Baitul Muttaqin, Desa Pesucen, Kecamatan Kalipuro, Banyuwangi. Foto: Ahmad Suudi
JATIMNET.COM, Banyuwangi – Tak hanya kitab suci dan dokumentasi yang menghiasi rak Masjid Baitul Muttaqin. Tempat ibadah di Desa Pesucen, Kecamatan Kalipuro, Banyuwangi ini memiliki rak elektrik yang meliputi seperangkat controller dan aki kering untuk memasok listrik masjid setiap harinya.
Adalah dosen Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Banyuwangi (Poliwangi), Khairul Muzaka yang menginisiasi program tersebut. Dia menjelaskan bahwa arus listrik yang masuk ke aki berasal dari turbin.
Penelitian yang dilakukan itu didanai Kementerian Riset dan Teknologi Pendidikan Tinggi (kini menjadi Kemenristek/ BRIN) itu memanfaatkan aliran parit samping masjid untuk menggerakkan turbin.
“Dari turbin yang berputar masuk ke generator untuk menghasilkan listrik. Kemudian aliran kistrik masuk ke controller,” kata Khairul pada Jatimnet beberapa waktu lalu.
BACA JUGA: Dicalonkan Jadi Kepala Badan Otorita Ibu Kota Baru, Ini Tanggapan Bupati Banyuwangi
Listrik AC dari generator diubah menjadi DC sebelum disimpan ke 12 unit aki, yang masing-masing berkapasitas 14 ribu watt. Dari kondisi kosong, semua aki akan penuh dalam waktu 14 jam.
Tersedia juga controller lain untuk mengubah arus DC dari aki ke AC sebelum digunakan pada lampu atau sound system fasilitas masjid. Konsumsi listrik paling tinggi yang mencapai sekitar 1.000 watt saat salat maghrib berjamaah, mampu dipenuhi pembangkit listrik tersebut.
“Sementara fokus di masjid dulu, harapan kami bisa membentuk desa mandiri energi,” Khairul menjelaskan.

PENGHASIL ENERGI. Turbin yang ditempatkan di parit samping masjid mampu mengisi 12 aki dengan masing-masing 14 ribu watt. Foto: Ahmad Suudi.
Sementara itu, Kepala Desa Pesucen, Maksum mengatakan kondisi aliran air di desanya sangat ideal untuk pembangkitan listrik skala kecil. Lantaran terdapat empat titik mata air yang tidak pernah kering, termasuk yang mengaliri parit masjid.
Dia berharap sumber listrik alternatif bisa diperbanyak, terutama di fasilitas umum (fasum) dan fasilitas sosial (fasos). Dia mengapresiasi program penelitian perguruan tinggi yang kini juga merencanakan pengembangan ke perangkat solar cell atau tenaga surya.
Apalagi, lanjut Maksum, pengadaan lampu penerangan jalan umum (LPJU) di desanya tengah dihentikan. Dia berharap Pemkab Banyuwangi memberikan penerangan jalan dengan sumber listrik alternatif.
BACA JUGA: Jatim Ditargetkan Teraliri Listrik 100 Persen Tahun Ini
“Saya sangat berharap ada pengganti penerangan. Saat ini sudah tersedia dan memadai terkait adanya air sungai yang besar,” kata dia.
Adapun anggota takmir Masjid Baitul Muttaqin, Aburrahim mengatakan ada sekitar 50 warga yang menjadi jemaah masjid. Dia menjelaskan takmir ataupun jemaah telah merasakan manfaat pembangkit listrik tenaga piko hydro (PLTPH) itu.
Pertama seluruh kebutuhan energi terpenuhi dari pembangkit listrik tersebut. Kedua, tagihan listrik PLN yang awalnya Rp 200 ribu per bulan menjadi berkurang. Selain itu, pasokan listrik stabil dan tidak terdampak pemadaman yang kadang masih terjadi.
“Yang jelas membantu penghematan operasional masjid. Aliran listrik tidak naik-turun, meskipun musim hujan seperti sekarang. Dulu kalau ada pemadaman selalu menggunakan genset dan membeli bensin,” urai Aburrahim.