Kamis, 18 May 2023 19:42 UTC
Audiensi, Kajari Gresik Nana Riana (kanan) didampingi Kasi Intelijen Kejari Gresik, Raden Achmad Nur Risky bersama perwakilan Komunitas Wartawan Gresik (KWG).
JATIMNET.COM, Gresik - Maraknya sejumlah orang yang mengaku sebagai wartawan dan LSM yang diduga kerap memalak dan memeras kepala desa di wilayah Kabupaten Gresik menjadi perhatian serius Kejaksaan Negeri (Kejari) Gresik.
Para pengurus LSM (oknum) dan gerombolan yang mengaku wartawan (oknum) modusnya mengirim surat dengan meminta informasi berapa anggaran proyek, atau anggaran kegiatan tertentu.
Mereka kerap menakut-nakuti kepala desa dengan mengancam akan melaporkan kasusnya ke Kejaksaan dan Kepolisian jika permintaannya tidak dituruti.
Misalnya, dengan kalimat "Kami tunggu jawabannya selama 7 hari sejak dimasukkan surat ini. Apabila sampai 7 hari tidak ada tanggapan dari yang bersangkutan, maka laporan ini kami naikkan ke tingkat yang lebih tinggi".
Baca Juga: Kolaborasi Dengan Basnaz Gresik, KWG Salurkan Beras ke Abang Becak
Kepala Kejaksaan Negeri (Kajari) Gresik Nana Riana meminta agar para kepala desa melaporkan ancaman-ancaman dalam bentuk suara maupun surat, contoh surat diatas termasuk ancaman masuk pada kategori tindak pidana.
"Surat-surat semacam itu merupakan ancaman sudah memenuhi unsur pidana. Maka segera laporkan ke APH, tentu laporkan ke pihak kepolisian yang bisa menindak karena masuk tindak pidana umum," jelas Nana Riana saat audensi dengan pengurus Komunitas Wartawan Gresik (KWG) di Kantor Kejari Gresik, Jumat 19 Mei 2023.
Saat audensi dan dialog dengan KWG, terkait surat yang kerap dilayangkan para LSM dengan nada ancaman tersebut Nana mengaku heran. Sebab APH saja menurutnya tidak bisa sembarangan meminta data kepihak-pihak tertentu tanpa ada landasan hukum yang jelas.
"Kami (kejaksaan) saja tidak bisa meminta data anggaran diluar prosedur hukum. Dengan surat itu mereka seolah lebih memiliki kewenangan dari APH (aparat penegak hukum)," katanya.
Baca Juga: DPRD Gresik Bersama KWG Belajar ke Malioboro Yogyakarta Tentang Penataan Kawasan Wisata
"Kami meminta kepada kepala desa yang disatroni mereka (gerombolan berkedok LSM dan wartawan) dengan mengancam untuk segera melaporkan ke APH. Kalau kami secara kewenangan bisa menindak maka akan kita tindaklanjuti secara serius," ujarnya.
Ketua KWG Miftahul Arif juga memberikan penjelasan tata cara dan prosedur kerja wartawan hasil liputan berkaitan dengan produk berita sesuai dengan UU Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers. Wartawan bekerja terukur dan diatur oleh peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh Dewan Pers.
"UU Pers memberi mandat Dewan Pers yang diakui negara untuk mengatur tata kerja wartawan. Sedangkan Dewan Pers sudah mengeluarkan aturan uji kompetensi wartawan atau UKW. Ini semua tujuanya untuk menertibkan pelaku pers di lapangan. Kami (KWG) 31 wartawan sudah lulus UKW. Maka kami berharap seluruh pemangku kebijakan bisa membedakan mana yang berkedok wartawan dan wartawan sungguhan," terang Miftah.
Hanya saja, lanjut Miftah disana-sani masih banyak yang memperdebatkan kewenangan Dewan Pers dengan UU Pers. Tetapi menurutnya, KWG khususnya soal wartawan wajib UKW final. Dan imbuh dia, wartawan tidak dengan mudahnya mengeluarkan beritanya apalagi dengan berita yang menggiring dengan nada ancaman.
Baca Juga: Kolaborasi DPRD Gresik Dengan KWG Dorong Penataan PKL di Wisata Bandar Grissee
"Kita selesai dengan berbagai perdebatan itu. Karena menurut kami UKW menjadi filter wartawan gadungan yang selama ini mersahkan. ID Card bisa dicetak di pinggir-pinggir jalan. Sedangkan sertifikasi UKW dengan tanda tangan basah dari Ketua Dewan Pers tidak bisa dipalsukan karena ada barcode-nya. Tulisan wartawan difilter redaktur baru bisa naik jadi produk berita atau produk jurnalistik. Tidak asal menulis bernada ancaman lalu naik jadi berita. Itu bukan produk jurnalisitk," pungkasnya.
Sementara itu keluhan dari Kepala Desa (Kades) di wilayah Kabupaten Gresik atas ulah beberapa orang yang mengaku sebagai wartawan dan LSM terus bermunculan.
Seperti yang disampaikan oleh Kades Cermen Lerek Suhadi bahwa keberadaan mereka sudah sangat meresahkan. Dan pihaknya tidak bisa maksimal melaksanakan program desa. Karena mereka hampir setiap waktu mengganggu dan menakut-nakuti dirinya.
"Kalau dibilang takut, kami tidak takut. Karena kami tidak melanggar hukum. Meski mereka terus mencari celah agar kami bertekuk-lutut dan mengikuti kemauan mereka. Kami sangat berharap agar APH bisa memberantas mereka agar kami bisa tenang melaksanakan tugas-tugas kami," tegas Suhadi yang juga menjabat Ketua AKD Kecamatan Kedamean.
Suhadi meminta semua kades yang melaksanakan program pembangunan desa agar tidak takut dengan ancaman itu. Jika para Kades saat menggunakan anggaran desa sesuai dengan arahan dan petunjuk kejaksaan, maka kami yakin tidak ada penyelewengan.
"Saat ini, Kejari Gresik telah melaksanakan program MoU dengan Pemerintah Desa se-Kabupaten Gresik dengan datang langsung ke desa untuk memberikan penyuluhan hukum dan teknis pengelolaan anggaran desa yang benar. Jika ada yang tidak tahu dan bimbang penggunaaan anggaran Desa, kejaksaan siap memberikan arahan," tegasnya.