Selasa, 04 February 2020 03:45 UTC
KENANGAN: Mantan Kapolda Jatim Irjen (purn) Machfud Arifin saat melakukan silaturahmi dengan Gus Sholah. Foto: Dok/Ist.
JATIMNET.COM, Surabaya - Mantan Kapolda Jawa Timur Irjen Pol (purn) Machfud Arifin mengenang sosok KH Salahuddin Wahid atau yang akrab disapa Gus Sholah. Menurutnya, adik Presiden RI ke-4 KH Abdulrahman Wahid sosok yang sangat bersahaja.
Terutama mengenai ketokohan tidak membuatnya memandang sebelah siapapun. "Semua yang kenal Gus Sholah pasti merasakan seperti ini," ujar Machfud Arifin dalam siaran persnya, Senin 3 Februari 2020.
Machfud Arifin yang berniat maju pada Pilwali Surabaya 2020 mengaku sering bersilaturahmi ke kediaman Gus Sholah. Gus Sholah dan istri Nyai Farida selalu menerima siapapun yang datang dengan ramah.
BACA JUGA: Perpindahan Tempat Tinggal Gus Sholah Jadi Firasat Akhir
Tidak terlihat ada jarak ketika menjamu tamu. Semua disambut dengan sangat hangat. Bahkan, Machfud selalu diajak makan bersama ketika sowan ke Gus Sholah. Semua membaur seperti keluarga.
"Saya merasakan betul humble-nya beliau berdua (Gus Sholah dan Nyai Farida). Saya terkesan dengan keramahan beliau berdua dalam menerima tamu, siapapun," ungkapnya.
Menurut Machfud, Gus Sholah merupakan tokoh bangsa yang berwawasan luas. Sebagai seorang ulama besar, bahasan tentang kebangsaannya tidak diragukan lagi.
BACA JUGA: Empat Wasiat Gus Sholah kepada Nahdliyin
"Beliau itu wawasannya luas. Meskipun tokoh besar, kiai karismatik, tapi beliau senang berdiskusi dengan siapapun. Wawasannya soal kebangsaan sangat luar biasa," tuturnya.
Machfud menyempatkan diri mengantarkan langsung jenazah Gus Sholah ke pemakaman di komplek Pesantren Tebu Ireng. "Saya dan seluruh bangsa Indonesia pasti berduka dengan meninggalnya Gus Sholah. Kita semua kehilangan sosok guru bangsa," tandasnya.
Sekadar diketahui, Gus Sholah wafat pada usia ke 77 tahun di Rumah Sakit Harapan Kita, Jakarta, pukul 20.55 WIB, Minggu (2/2). Kondisi Gus Sholah diketahui terus menurun pasca-menjalani bedah jantung pada Sabtu (1/2).
Tim dokter yang merawat pria kelahiran Jombang, 11 September 1942 sempat melakukan ablasi atau operasi untuk mengatasi gangguan irama jantung dengan menggunakan kateter yang dimasukkan ke dalam ruang dalam jantung.