Jumat, 21 January 2022 09:40 UTC
PANEN.Rektor UK Petra Djwantoro Hardjito (kedua dari kiri) dan Walikota Surabaya Eri Cahyadi (keempat dari kiri) memanen hasil sayuran hidroponik di RW 04 Kelurahan Jemur Wonosari, Kec. Wonocolo, Surabaya, Jumat, 21 Januari 2022. Foto: Humas UK Petra
JATIMNET.COM, Surabaya – Urban farming dengan teknik hidroponik bukan baru di Kota Surabaya. Tapi yang membuat berbeda di wilayah RW 04 Kelurahan Jemur Wonosari, Kecamatan Wonocolo, yaitu menggunakan teknologi Internet of Things (IoT).
Teknologi itu dibuat dan dikembangkan dua mahasiswa Teknik Elektro Universitas Kristen (UK) Petra, yakni Gregorio Diovani Wahanie dan Sih Kawuryan Yulianes Kufa.
Saat Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menilik green house di Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) Wanita Serpis RW 04 Kelurahan Jemur Wonosari, ia takjub dengan teknologi IoT buatan Gregorio dan Kawuryan. Teknologi ini dikontrol melalui aplikasi bernama 'SERPIS' yang berfungsi sebagai penyiraman pengabutan, dan pengaturan suhu di green house secara otomatis.
"Kita belajar betul, ternyata tanaman hidroponik ini akan jauh lebih bagus kalau ada pengaturan suhunya dan penyiraman air otomatis. Itu sudah dilakukan oleh teman-teman UK Petra dan Pak Rektor," kata Eri.
Ia juga ingin nantinya aplikasi SERPIS bisa dikembangkan dan diterapkan di seluruh urban farming yang ada di Kota Pahlawan. Tujuannya agar kualitas sayuran hidroponik yang dikelola petani lokal Surabaya menjadi lebih baik lagi.
BACA JUGA: Urban Farming, Cara Surabaya Tingkatkan Ketahanan Pangan di Masa Pandemi
"Tugas kita itu memastikan bahwa yang berinvestasi di Kota Surabaya ketika membeli sayur, belinya di green house yang ada di kota ini. Misal hotel, rumah makan, apartemen, yang menyediakan makanan dengan sayuran, belinya di petani hidroponik Surabaya. Dengan catatan, kualitasnya harus baik sesuai dengan standarnya," ia memaparkan.
Eri meyakini dengan berkolaborasi dengan perguruan tinggi bisa diciptakan sayuran hidroponik yang sesuai standar internasional. Selain itu, juga akan meningkatkan penghasilan warga Kota Surabaya.
Sementara itu, Gregorio menjelaskan awal mula dia menemukan ide teknologi IoT buatannya ini. Aplikasi berbasis android yang menggunakan tenaga surya tersebut secara keseluruhan dikendalikan lewat ponsel dengan jaringan internet, mulai dari penyiraman pengabutan, pengaturan suhu udara, dan pendeteksi kadar air, semuanya dapat dikendalikan dengan mudah dalam satu genggam.
"Suhunya bisa kita atur, misal di sini (green house) suhunya panas, secara otomatis bisa menyemprotkan kabut supaya tanamannya tidak layu dan tumbuh subur," kata Gregorio.
BACA JUGA: Budidaya Padi di Balai Kota Surabaya Jadi Contoh Urban Farming
Ide ini muncul setelah dua mahasiswa angkatan 2018 ini berdiskusi dengan ibu-ibu KRPL Wanita Serpis. Saat itu para KRPL Wanita Serpis mengeluhkan kurangnya kualitas tanaman hidroponik dan rusak. Hal itu disebabkan oleh suhu ruangan green house yang kurang sejuk.
"Dengan adanya alat ini, ibu-ibu sudah tidak lagi repot-repot menyirami tanamannya secara langsung. Jadi cukup dari rumah dengan menggunakan handphone sudah bisa diatasi," ia menerangkan.
Sayuran yang ditanam dengan teknik hidroponik oleh ibu-ibu KRPL Wanita Serpis ini bervariasi. Mulai dari sayur samhong, selada air, selada romaine, bok choy, sawi hijau, dan masih banyak lainnya.
Ketua Kelompok Tani RW 04 Jemur Wonosari, Yuniarti, mengaku pekerjaannya menjadi lebih mudah dengan aplikasi ini. Bahkan, hasil panen sayur hidroponik KRPL Wanita Serpis kini menjadi jauh lebih baik."Dulu hasilnya sangat kurang, bahkan ada yang kering. Sekarang 90 persen sayurannya segar seperti ini. Banyak, warga sekitar yang pesan sayur di kami, selain segar, sayuran yang kami kelola bebas pestisida," kata Yuniarti.