Rabu, 24 September 2025 11:00 UTC
Puluhan mahasiswa saat melakukan aksi demontrasi di depan Mapolres Sampang menuntut polisi segera menangkap pelaku pencabulan terhadap anak, Rabu 24 September 2025. Foto: Zainal Abidin
JATIMNET.COM, Sampang – Puluhan massa yang mayoritas dari elemen organisasi mahasiswa, seperti PMII, HMI, dan Sekolah Perempuan Bintang Sembilan menggelar aksi demonstrasi di depan Mapolres Sampang, Rabu 24 September 2025.
Mereka mendesak polisi segera menuntaskan penanganan kasus pencabulan yang menimpa anak perempuan di bawah umur dengan lokasi kejadian di Kecamatan Robatal.
Saat hendak merapat ke pintu masuk mapolres, mahasiswa sempat tertahan oleh barisan pagar hidup.
Dalam kesempatan tersebut, perwakilan organisasi mahasiswa menyerukan tema solidaritas perempuan dan anak secara bergantian dengan pengeras suara.
"Aksi ini adalah murni kemanusiaan, menyusul maraknya kasus pencabulan atau kekerasan seksual terhadap perempuan dan anak di Sampang yang hingga kini tak kunjung tuntas," ujar Raudhatul Jannah, perwakilan aktivis SPBS Sampang.
BACA: Kopri PMII Sampang Desak Polisi Temukan Buron Pelaku Pencabulan Anak
Dalam orasinya, perwakilan mahasiswa lainnya juga mengingatkan aparat terkait tunggakan kasus kekerasan seksual terhadap perempuan dan anak yang sampai saat ini belum tuntas.
Sejak 2020-2025 tercatat lima kasus kekerasan seksual terhadap perempuan dan anak di Sampang yang penegakan hukumnya dinilai mandek. Dari 21 tersangka pencabulan, 11 diantaranya sampai sekarang masih DPO (Daftar Pencarian Orang).
"Kami menginginkan kasus pencabulan ini diusut tuntas, semua tersangka pelaku harus segera ditangkap dan diadili,” tandas Ketua Kopri PC PMII Sampang Juhairiyah.
“Jika tidak dilakukan, maka kami menyatakan mosi tidak percaya pada Polri. Dan kami meminta kapolres mundur dari jabatan dan segera angkat kaki dari Kota Bahari," lanjutnya.
Sementara, Ketua Korps HMI-Wati (KOHATI) Cabang Sampang Homsah juga mengingatkan aparat bahwa seragam ataupun gaji anggota polri berasal dari pajak rakyat. Sehingga, sudah sepatutnya polri bekerja untuk masyarakat.
BACA: Sebulan Kasus Pencabulan Anak di Sampang Masih Penyelidikan, Kuasa Hukum Korban Surati Kapolri
Menurutnya, selama ini penanganan kasus kekerasan seksual di Sampang cenderung ada kesan tarik ulur. Ia melihat tidak ada kesungguhan dan keseriusan polisi di dalam proses penegakan hukumnya.
Hal inilah yang kemudian menjadi dasar aksi dilakukan untuk bergerak dan menyampaikan aspirasi. Mereka membawa empat tuntutan, yaitu, pertama tuntaskan seluruh kasus pencabulan di Sampang.
Kemudian, unjuk rasa itu juga mendorong pihak kepolisian segera menangkap DPO atas nama Basir tersangka pencabulan di kecamatan Robatal.
“Copot aparat yang terlibat atau terindikasi bermain dalam kasus pencabulan dan meminta agar Kapolres Sampang mundur dari jabatannya kalau tidak mampu menangani kasus tersebut," tandasnya.
Sementara itu, Kapolres Sampang AKBP Hartono yang ditemui usai aksi menyampaikan apresiasinya kepada massa aksi dari elemen mahasiswa tersebut.
BACA: Gadis di Bawah Umur di Sampang Jadi Korban Pencabulan, Keluarga Lapor Polisi
Ia mengatakan kritik dan aspirasi dari mahasiswa menjadi pengingat sekaligus semangat bagi kepolisian untuk terus berbenah khususnya dalam mengusut kasus pencabulan anak.
"Terus terang sampai hari ini kami belum bisa mendeteksi keberadaan DPO pencabulan atas nama Basir ini, tapi kami tidak lantas diam dan pasrah,” katanya.
“Setiap hari, saya pantau perkembangannya, dan saya juta sudah bentuk tim khusus yang terdiri dari Intel dan Reskrim untuk memburu dan menangkap Basir," ujar Perwira dengan pangkat dua melati emas itu.