Logo

Limbah 12 Industri Kertas di Jatim Mengandung Mikroplastik

Reporter:,Editor:

Kamis, 28 March 2019 10:15 UTC

Limbah 12 Industri Kertas di Jatim Mengandung Mikroplastik

BAHAYA MIKROPLASTIK. Ecoton menjelaskan bahaya kandungan mikroplastik bagi ekosistem sungai dan manusia. Konferensi pers ini digelar di Cofee Tofee, Surabaya, Kamis 28 Maret 2019. Foto: Khoirotul Lathifiyah

JATIMNET.COM, Surabaya – Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah (Ecoton) mengungkapkan limbah industri kertas yang dibuang oleh 12 perusahaan kertas di Jawa Timur mengandung mikroplastik (potongan kecil dari plastik yang dapat mencemari lingkungan).

Ecoton sejak tahun lalu meneliti kandungan mikroplastik dari limbah industri yang dibuang oleh 12 perusahaan kertas di Jawa Timur.

“Limbah industri kertas yang dibuang di sungai DAS Brantas terdapat kandungan mikroplastiknya,” kata anggota program riset dan edukasi Ecoton, Andreas Agus Kristanto Nugroho saat jumpa pers terkait ancaman pencemaran mikroplastik di Kali Surabaya, Kamis 28 Maret 2019.

BACA JUGA: Awas, Garam Mulai Terkontaminasi Mikroplastik!

Andreas menyampaikan mikroplastik adalah bentukan dari plastik yang ukurannya di bawah lima milimeter. Biasanya dihasilkan dari cucian dalam hal ini sabun, plastik, popok yang dibuang di sungai, dan salah satunya limbah pabrik kertas.

Menurutnya, kandungan mikroplastik yang tercemar dalam bantaran Sungai Brantas dapat mengganggu ekosistem sungai. Ia menyampaikan, selama tahun 2018 telah meneliti ikan-ikan yang ada di sungai Surabaya.

"Dari sampel yang saya teliti sebanyak 73 persen dalam lambung ikan terdapat kandungan mikroplastiknya," kata Andreas.

Adapun jenis ikan yang ditelititi meliputi rengkik, keting, jendil, bader merah putih , montho, muraganting, nila.

BACA JUGA: Ecoton Gugat Gubernur Jatim hingga Menteri Lingkungan Hidup

Kandungan mikroplastik yang terdapat di lambung ikan bisa berdampak buruk baik untuk ikan atau orang-orang yang mengonsumsinya. Adapun dampak bagi ikan, bisa mengganggu kematangan gonad (kelenjar reproduksi) ikan jantan. Sedangkan untuk betina bisa melemahkan sel telurnya.

"Jika ikan tersebut dikonsumsi manusia akan berdampak pada gangguan hormon bahkan menyebabkan kanker," kata Andreas.

Ia mencontohkan bahaya mikroplastik terhadap manusia seperti anak-anak yang masa menstruasinya lebih cepat karena mengonsumsi makanan yang mengandung mikroplastik atau sering mengonsumsi makanan instan.

Andreas berharap masyarakat sadar pentingnya mengurangi penggunaan plastik dalam kegiatan sehari-hari. Sehingga pencemaran mikroplastik di bantaran sungai dapat diminimalisir.