Jumat, 17 January 2020 13:54 UTC
PERPUSTAKAAN RUSAK. Siswa SDN Prajurit Kulon 1 Kota Mojokerto, Jumat 17 Januari 2020. Sejak lima tahun lalu, ruang perpustakan sekolah rusak parah. Foto: Karina
JATIMNET.COM, Mojokerto – Pemerintah Kota Mojokerto menganggarkan milyaran rupiah untuk perbaikan sekolah pada 2020. Tapi alokasi dana tak menyentuh belasan sekolah rusak.
Salah satunya, SD Negeri Prajurit Kulon 1. Sejak Oktober 2014 silam, ruang perpustakaannya hancur. Atapnya ambrol, yang tersisa temboknya saja. Sejak lima tahun lalu belum ada perbaikan sama sekali.
Saat Jatimnet.com berkunjung, tampak balok-balok kayu dan sisa material bangunan berserakan. Sedangkan lantainya ditumbuhi tanaman liar. “Dulu (rusak akibat) diterjang hujan dan angin kencang,” kata Kepala SDN Prajuritkulon 1 Pariyono, Jumat 17 Januari 2020.
Karena ruang perpustakaan hancur, buku-buku dan raknya dipindahkan ke ruang Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Toh, ruangan itu pun tak sepenuhnya nyaman. Selain sempit, plafonnya pun jebol. Siswa kerap mengeluhkan kondisi buruknya ruangan. “Dampaknya besar ke siswa,” katanya.
BACA JUGA: Gedung Sekolah Rusak Diterjang Angin, Siswa Belajar di Tenda
Pariyono mengatakan sudah empat kali mengajukan proposal perbaikan gedung ke Dinas Pendidikan. Tapi tak satu pun membuahkan hasil. “Proposal terakhir, kami ajukan pada 2016,” katanya.
Pemerintah, kata dia, berdalih tak bisa mengucurkan dana perbaikan lantaran tanah tempat sekolah berdiri belum bersertifikat. Karenanya, sekolah belum bisa didaftar sebagai aset pemerintah. “(Kata mereka) kalau bukan aset, penggunaan dana akan bermasalah,” katanya.

TAK DIPERBAIKI. Plafon ruang kelas IV SDN Kranggan 2 Kota Mojokerto. 15 gedung SD di kota itu rusak tapi tapi tak mendapat kucuran dana perbaikan dari pemerintah. Foto: Karina
Jatimnet.com lantas mengunjungi SD Negeri Kranggan 2 di Jalan Suratan VI. Sekolah ini juga tak mendapat kucuran dana perbaikan pada tahun ini, padahal plafon ruang kelas IV berlubang selebar 4x1 meter. Meski demikian, ruangan tetap difungsikan untuk tempat belajar.
Selain itu, tembok di sejumlah ruangan mengalami keretakan. Misalnya saja di kamar mandi dan ruang laboratorium.
Kepala Dinas Pendidikan Amin Wachid mengakui dua sekolah itu tak masuk dalam daftar penerima anggaran perbaikan. Bahkan, ada belasan SD lain yang bernasib serupa. “Hasil pengecekan kami ke lapangan pada November tahun lalu ada 15 sekolah (SD) yang menjadi perhatian khusus kami,” katanya.
BACA JUGA: Belasan Siswa SDN 8 Curahtatal Telantar Selama Delapan Bulan
Selain SD Negeri Prajurit Kulon 1 dan Kranggan 2, sekolah lain, di antaranya adalah Wates 5 dan 6, Mentikan 2, serta Gunung Gedangan 2. “SDN Gunung Gedangan 2 itu (malah) ada retak cukup besar di dinding ruang UKS, musala, dan ruang guru,” katanya, menceritakan kondisi kerusakan.
Dalam catatan, pemerintah kota menganggarkan dana sebesar Rp 3,52 milyar untuk perbaikan sekolah. Perinciannya, Rp 2,32 milyar untuk delapan SD; Kranggan 4, Gedongan 3, Kranggan 5, Purwotengah 2, Magersari 2, Mentikan 2, Surodinawan, dan Gedongan 2, serta Rp 1,2 milyar untuk SMP Negeri 8 dan 4. “Nantinya kegiatan rehabilitasi bangunan 10 sekolah tersebut akan kami lelang secara terbuka,” kata Pariyono.
Adapun untuk SD yang tak mendapat dana perbaikan, menurut dia, harus melewati tinjauan Dinas. Ini untuk menakar tingkat kerusakan gedung. Bagi sekolah yang tanahnya sudah bersertifikat, Dinas akan memperbaiki kerusakan gedungnya. Sumbernya berasal dari dana pemeliharaan sebesar Rp 1,5 milyar.
Sedangkan, “Sekolah yang rusak berat dan belum bersertifikat (harus) menunggu sertifikatnya selesai,” katanya.