Minggu, 20 January 2019 03:55 UTC
Ilustrasi.
JATIMNET.COM, Michigan – Legalisasi ganja di Amerika Serikat (AS) untuk kepentingan medis membawa dampak yang tidak kecil. Sejumlah regulator, tenaga medis, dokter, pejabat kesehatan hingga masyarakat dilanda kebingungan.
University of Michigan misalnya, telah melakukan survei terhadap beberapa pasien tentang penggunaan ganja medis. Hasilnya, banyak pasien yang mulai meninggalkan resep dan menggunakan ganja tanpa memberi tahu dokter.
Aturan penggunaan ganja medis di AS digunakan sebagai obat pelengkap, bukan sebagai pengganti. Umumnya hanya digunakan untuk mengobati kondisi seperti rasa sakit, mual dan depresi. Itupun harus melalui resep dokter.
Diperkirakan sekitar 2,1 juta orang AS menggunakan ganja medis yang diresepkan dokter. Namun banyak pasien tidak selalu mendapatkan resep dari penyedia layanan kesehatan utama.
BACA JUGA: ICJR Dorong Pemerintah Legalkan Ganja Untuk Kesehatan
Studi menemukan bahwa, sekitar sepertiga dari jumlah tersebut menyembunyikan penggunaannya dari perawatan primer.
“Pada dasarnya para peneliti masih memiliki satu tangan terikat di belakang, dan sebuah sarung tangan tinju raksasa di sisi lain,” kata peneliti Kesehatan Masyarakat di University of Michigan, Dr Daniel Kruger, seperti dikutip Dailymail.co.uk, 18 Januari 2019.
Hampir semua responden dalam survei yang dilakukan University of Michigan menunjukkan preferensi untuk ganja medis daripada obat-obatan, terutama opioid, memiliki efek samping ringan bahkan tidak ada.
Penelitian kesehatan menyatakan saat ini banyak negara bagian dilanda krisis opioid. Di Colorado misalnya, ganja telah dilegalkan untuk penggunaan obat maupun rekreasi. Pada saat bersamaan, resep opioid dan overdosis telah menurun.
BACA JUGA: Benarkah Ganja Lebih Aman Dibanding Alkohol, Ini Jawabannya
“Kekhawatiran saya adalah bahwa kita kembali ke pertengahan abad ke-19 dengan orang-orang berlarian menjual (ganja),” lanjut Dr Kruger.
Dia menambahkan sejauh ini tidak ada standarisasi senyawa yang dapat digantikan dengan dosis dalam produk ganja.
Studi yang dilakukan University of Michigan dan diterbitkan dalam Journal of Psychoactive Drugs, hanya membahas kondisi yang direkomendasikan untuk diobati menggunakan ganja dibandingkan dengan obat tradisional yang disetujui.
Catatan penting bahwa beberapa pasien keliru percaya bahwa ganja dapat mengobati kanker, bukan hanya efek samping dari kemoterapi, seperti mual. Sementara banyak dokter tidak menyarankan ganja sebagai pengobatan kanker yang sebenarnya.