Rabu, 27 August 2025 03:00 UTC
Grafis dampak anak atau pelajar merokok. Sumber: Kemenkes RI
JATIMNET.COM, Banyuwangi – Sebanyak 792 pelajar Sekolah Dasar (SD) di Kabupaten Banyuwangi teridentifikasi sebagai perokok aktif. Temuan ini menjadi alarm darurat bagi semua pihak, mulai dari orang tua hingga sekolah.
Temuan data dari perilaku merokok para pelajar tersebut bersumber dari hasil pemeriksaan gratis bagi anak dan remaja usia 7-18 tahun yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto dan telah menyasar 44.917 pelajar di Banyuwangi.
Plt. Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Banyuwangi Amir Hidayat memaparkan dari 35.372 pelajar SD yang telah diperiksa, sekitar 2,2 persen atau 792 di antaranya terindikasi perokok aktif. Hal itu dibuktikan dengan pengakuan siswa diperkuat dengan penggunaan smokerlyzer untuk mengetahui kadar karbon monoksida (CO) dalam napas yang berfungsi untuk menilai dampak merokok aktif.
“Perbandinganya seperti dari 100 orang itu ada dua sampai tiga orang yang merokok,” kata Amir, Rabu, 27 Agustus 2025
Sedangkan untuk pelajar SMP, sebanyak 425 atau 5,1 persen terindikasi perokok aktif dari yang telah diperiksa 8.292 anak. Jika dibandingkan, dari 20 orang, satu orang menjadi perokok aktif.
BACA: Terlalu Sering Minum Alkohol dan Merokok, Membuat Otak Cepat Tua
Kemudian untuk pelajar SMA ditemukan perokok aktif sebanyak 179 atau 14,3 persen dari yang telah diperiksa 1.253 anak. Perbandingannya, dari sepuluh orang, ada 1-2 orang yang merokok aktif.
Jika ditotal, pelajar SD, SMP, dan SMA yang terindikasi perokok aktif mencapai 1.396 anak.
“Setelah dia mengaku dan dicek menggunakan smokerlyzer, nanti terlihat memang ada nikotin di paru-parunya,” kata Amir.
Amir juga menyebut alasan para pelajar tersebut merokok, di antaranya hanya coba-coba, ikut-ikutan teman, pelarian karene stress, dan alasan yang bikin geleng-geleng kepala adalah ikut orang yang dihormatinya merokok.
“Seperti gurunya, ustaznya, hingga orang tuanya. Kurang lebih 30 persen alasan dari pelajar tersebut ikutan orang yang dihormatinya merokok,” tuturnya.
Untuk mencegah semakin meluasnya perokok aktif di kalangan pelajar, Dinkes Banyuwangi berupaya menggencarkan Gerakan Sekolah Sehat (GSS), sebuah program yang bertujuan membentuk budaya hidup sehat di lingkungan sekolah melalui lima pilar sehat seperti makanan bergizi, fisik, imunisasi, jiwa, dan lingkungan dengan diimplementasikannya pada program Sekolah Asuh Sehati (SAS).
“Selain itu juga memasifkan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) kepada guru,” ujar Amir.
BACA: Perokok Anak Diklaim Meningkat di Masa Pandemi Covid-19, Ini Penyebabnya
Untuk upaya jangka panjang, Banyuwangi menunjuk Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (Stikes) dengan didampingi tim dari Universitas Indonesia (UI) akan menyusun Peraturan Daerah (Perda) tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR).
“Jadi nanti di sekolah, di kantor, di ruang publik tidak boleh aktivitas merokok dan akan disediakan secara khusu ruang untuk merokok,” kata Amir.
Amir berpesan kepada guru hingga orang tua untuk terus mengawasi anaknya. Ia juga meminta mereka menjadi role model yang baik bagi siswa atau anaknya.
“Buatlah lingkungannya yang baik untuk anak, jauhkan dari lingkungan yang memiliki pengaruh kurang baik untuk anak,” ujarnya.
