Jumat, 09 August 2019 07:25 UTC
Ilustrasi lahan jagung. Foto: Unsplash
JATIMNET.COM, Surabaya – Laporan Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebut perubahan iklim mempengaruhi ketersediaan, akses, pergerakan dan stabilitas ketahanan pangan.
“Ketika lahan terdegradasi, ia menjadi kurang produktif, membatasi apa yang bisa ditanam dan mengurangi kemampuan tanah untuk menyerap karbon,” menurut laporan yang dibacakan dalam Panel Terhadap Perubahan Iklim (PCC), pada Kamis 8 Agustus 2019.
“Ini memperburuk perubahan iklim, sedangkan pada gilirannya, perubahan iklim memperburuk degradasi lahan dalam berbagai cara,”, dikutip dari Anadolu, Aa.com, pada Jumat 9 Agustus 2019.
Ini mengindikasikan jika lahan yang seharusnya tetap menjadi produktif untuk menjaga ketahanan pangan telah berada dalam tekanan aktivitas manusia dan perubahan iklam yang derajatnya terus meningkat.
BACA JUGA: PBB Ingatkan Perubahan Iklim Ancam Ketahanan Pangan Dunia
“Manajemen lahan yang baik berkontribusi mencegah perubahan iklim, namun itu bukan satu-satunya solusi,” katanya. Mengurangi dampak emisi karbon akibat rumah kaca dari seluruh lahan juga salah satu hal yang penting.
IPCC mengatakan jika tindakan yang terkoordinasi untuk mengatasi perubahan iklim bisa secara berkelanjutan memperbaiki lahan, ketahanan pangan dan nutrisi untuk membantu mereka yang kelaparan.
IPCC sendiri didirikan oleh Porgram Lingkungan PBB dan Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) di 1998, untuk menyediakan informasi ilmiah secara berkelanjutan bagi pembuat keputusan, terkait perubahan iklim, dampaknya dan risiko potensial di masa depan, seperti juga startegi adaptasi dan mitigasi.
Peringatan tentang ketahanan pangan sebelumnya juga dirilis oleh badan PBB yang lain, Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), pada awal tahun lalu.
BACA JUGA: Hewan Pengerat Australia Dinyatakan Punah Akibat Perubahan Iklim
Saat mengatakan sistem pangan dunia terancam perubahan iklim yang mengakibatkan hilangnya keanekaragaman hayati untuk pangan dan pertanian.
Laporan itu disusun oleh Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) yang diambil dari 91 negara dalam studi berjudul "Keanekaragaman Hayati Dunia untuk Pangan dan Pertanian".
Laporan ini menyoroti dua hal, tentang jumlah bahan makanan yang terus berkurang sementara populasi dunia terus bertambah, dan jumlah spesies pendukung pangan dan pertanian yang terus berkurang dan berada di bawah ancaman.