Logo

Kisah Pemuda Pengamen Daftar Haji Berdua bersama Ibunya

Menabung Selama 10 Tahun
Reporter:,Editor:

Sabtu, 05 September 2020 23:00 UTC

Kisah Pemuda Pengamen Daftar Haji Berdua bersama Ibunya

DAFTAR HAJI. Slamet (kanan) dan ibunya, Atmina, menunjukkan bukti setoran BPIH, Sabtu, 5 September 2020. Foto: Zulkiflie

JATIMNET.COM, Probolinggo – Banyak jalan menuju Roma, mungkin peribahasa itulah yang cocok disematkan pada perjuangan Slamet Efendy, 30 tahun, pengamen jalanan di Kabupaten Probolinggo yang mampu mendaftar haji bersama ibunya.

Pria asal Dusun Krajan RT 03 RW 03, Desa Kerpangan, Kecamatan Leces, itu terlebih dahulu mendaftarkan ibunya, Atmina, 57 tahun, pada tahun 2018. Sekarang giliran Slamet mendaftarkan diri sebagai calon jemaah haji. Slamet resmi mendaftar dan mendapat bagian kuota haji pada Kamis, 3 September 2020.

Uang untuk biaya pendaftaran haji itu hasil dari jerih payahnya mengamen selama ini. Uang hasil mengamen diserahkan ke ibunya untuk disimpan. Setelah dirasa cukup, barulah uang yang terkumpul disetorkan sebagai Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) yang mencapai Rp 25 juta per orang.

BACA JUGA: 35 Ribu Calon Jemaah Haji Jatim Batal Berangkat

"Saya nabungnya mulai sepuluh tahun lalu, Pak. Sedikit demi sedikit (disetorkan) ke ibu. Setelah terkumpul, ibu didaftarkan duluan tahun 2018. Kemudian saya kumpulkan lagi, sampai bisa daftar haji juga Kamis kemarin," kata Slamet dalam bahasa Madura saat ditemui di rumahnya, Sabtu, 5 September 2020.

Karena tak bisa membaca dan menulis, Slamet meminta bantuan tetangga dekatnya, Yuyun Wahyuni, untuk mengisi formulir pendaftaran BPIH di Kantor Kemenag Kabupaten Probolinggo.

Hal tersebut dibenarkan Yuyun yang mengantarkan Slamet mendaftar haji. Yuyun mengatakan, meski Slamet tergolong pemuda dalam keterbatasan mental, namun semangatnya sangat tinggi dibadingkan pemuda normal lainnya.

BACA JUGA: Percepat Daftar Tunggu Haji, Menag Minta Warga Sudah Pernah Tak Lagi Mendaftar

"Slamet ini tidak tamat Sekolah Dasar. Ia putus sekolah sejak kelas 1 SD setelah ayahnya meninggal. Slamet kemudian tinggal bersama ibunya sampai sekarang," ujar Yuyun.

Slamet menambahkan sebenarnya ia ingin bisa berangkat haji bersama ibunya. Karena jarak pendaftaran yang terpaut tiga tahun, Slamet berharap bisa dibantu instansi terkait agar mewujudkan keinginannya.

"Saya cuma ingin ke Makkah bersama Ibu. Semoga ya bisa lebih cepat berangkatnya dan enggak berpisah sama Ibu," ujarnya.

Saat ini, Slamet masih berjuang mengumpulkan sedikit demi sedikit uang hasil mengamen untuk melunasi sisa setoran BPIH. Kegigihan Slamet kian kuat setelah ia dan ibunya sudah mendapatkan kuota kursi pemberangkatan ibadah haji.