Logo

Kisah Juragan Beras Pemilik SPPG di Tuban, Klaim Pengalaman Katering dan Curiga Sabotase

Reporter:,Editor:

Jumat, 26 September 2025 08:40 UTC

Kisah Juragan Beras Pemilik SPPG di Tuban, Klaim Pengalaman Katering dan Curiga Sabotase

SPPG Gesikharjo, Kecamatan Palang, yang sementara berhenti beroperasi hingga hasil uji lab dan investigasi keluar. Foto: Zidni Ilman

JATIMNET.COM, Tuban – Di tengah gempita program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dicanangkan pemerintah, sebuah dapur sederhana di Desa Gesikharjo, Kecamatan Palang, Kabupaten Tuban, mendadak menjadi pusat perhatian. 

Nama Sugiharto, pemilik Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG), kini banyak disebut setelah lima siswa SMKN Palang diduga keracunan usai menyantap menu MBG pada Rabu, 24 September 2025. 

Sugiharto, yang lebih dikenal di desanya sebagai juragan beras, tak menyangka jika usaha sosial yang dijalankan bersama tim dapurnya justru menyeret namanya dalam pusaran kasus. 

"Tidak menyangka sekali akan kejadian itu," ucapnya ditemui di kediamannya, Jumat siang, 26 September 2025. 

BACA: Polisi Selidiki Dugaan Keracunan MBG di Tuban, Sampel Makanan dan Muntahan Diperiksa​​​​​​​

Ia menegaskan bahwa seluruh proses memasak mengikuti panduan resmi. Pengalamannya di dunia katering menjadi modal awal saat dipercaya mengelola ribuan paket makanan bergizi. Namun, kali ini kepercayaan itu justru diuji. 

"Saya dulu sering jalan di katering," katanya. 

Bagi Pak Bayan, sapaanya di desa setempat, tudingan bahwa makanan dari dapurnya menyebabkan keracunan masih sulit diterima. Ia menyebut dari 2.700 porsi makanan yang dibagikan ke penerima manfaat, hanya lima siswa yang mengalami gejala mual muntah dan seluruhnya berasal dari satu sekolah. 

"Kalau memang racun, seharusnya yang sakit lebih banyak. Ini cuma lima anak. Saya malah menduga bisa jadi mereka makan sesuatu selain MBG atau sudah sakit dari rumah," katanya. 

BACA: Sempat Membaik, Dua Siswi SMKN Palang Tuban Keracunan MBG Kembali Dirawat

Lebih jauh, Sugiharto bahkan membuka kemungkinan lain, yakni sabotase dari pihak luar. 

"Mungkin saja lho ya ini, saya menduga adanya pihak luar yang menyabotase," ujarnya setengah ragu, namun tetap meyakini ada yang janggal. 

Di balik dapur MBG miliknya, tersimpan cerita lain. Untuk mendirikan SPPG Gesikharjo, Sugiharto harus merogoh kocek besar. 

Ia mengaku telah mengeluarkan biaya hingga Rp1,5 miliar, sebagian modal di antaranya berasal dari pinjaman bank. Tawaran itu datang dari seseorang yang dikenalnya. 

"Saya ambil karena merasa tergerak hati saya," tuturnya.

Dapur SPPG Gesikharjo kini berhenti beroperasi hingga hasil laboratorium keluar dan investigasi selesai. 

Pria berdomisili di Desa Gesikharo, Kecamatan Palang itu mengaku hanya bisa menunggu sambil berharap namanya tidak terlanjur dicap buruk. 

BACA: Dugaan Keracunan MBG di Tuban, Waket DPRD Warning SPPG

“Sekarang dapur dihentikan sementara menunggu hasil investigasi dan hasil uji lab,” ujarnya. 

Sementara itu, kasus ini menambah daftar panjang polemik MBG di Tuban. Sebelumnya, program ini sempat menuai sorotan setelah ditemukan ulat dan belatung di makanan siswa di beberapa sekolah. 

Sugiharto merasa bukan hanya siswa yang menjadi korban, melainkan juga dirinya. 

"Saya juga merasa jadi korban, karena khan keseluruhan proses di dapur ya hanya kepala dapur yang memang sudah ditunjuk oleh BGN. Saya hanya sebagai mitra saja," katanya.