Logo

Kemenristek Dukung Pengembangan dan Pembuatan i-nose c-19

Reporter:,Editor:

Jumat, 22 January 2021 08:20 UTC

Kemenristek Dukung Pengembangan dan Pembuatan <em>i-nose c-19</em>

CARA KERJA: Menristek/Kepala BRIN Prof Bambang Brodjonegoro (kiri) mendapatkan penjelasan cara kerja i-nose c-19 dari tim peneliti ITS.

JATIMNET.COM, Surabaya - Baru-baru ini, guru besar Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Prof Drs Ec Ir Riyanarto Sarno telah berhasil mengembangkan inovasi alat pendeteksi Covid-19 melalui bau keringat ketiak (axillary sweat odor), bernama i-nose c-19.

Alat tersebut pun berhasil mendapat dukungan untuk pengembangan sampai lolos uji edar saat dipresentasikan di hadapan Menteri Riset dan Teknologi-Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek-Kepala BRIN) Prof Bambang Brodjonegoro di Ruang Rapat Inovasi Lantai 24 Gedung BJ Habibie Jakarta, Selasa 19 Januari 2021 lalu. 

Saat menghadap Menristek/Kepala BRIN ini, profesor yang akrab disapa Ryan tersebut juga didampingi oleh Wakil Rektor IV ITS Bambang Pramujati, Ketua Majelis Wali Amanat ITS Prof Dr Ir Muhammad Nuh, dan sejumlah tim pengembang dari ITS yang terlibat. Selain itu, dari pihak Kemenristek/BRIN turut hadir juga beberapa pejabat tingginya.

BACA JUGA: Gandeng Dinkes Jatim, Dosen ITS Ciptakan Permainan Kartu Bertema Pencegahan Covid-19

Menurut Ryan, i-nose c-19 yang dikembangkannya saat ini masih pada tahap uji profil. Selanjutnya diperlukan banyak sampel pengujian dan beberapa tahap untuk nantinya dipasarkan ke masyarakat luas.

Percepatan pengembangan alat tersebut sangat penting lantaran alat pengujian Covid-19 yang cepat dan murah sangat dibutuhkan supaya pandemi Covid-19 ini dapat terkontrol.

Sampai sekarang, sudah ada enam i-nose c-19 yang berhasil diproduksi. Namun diperlukan sekitar 10 - 20 alat untuk kebutuhan pengujian sampel yang lebih banyak ke depannya.

HASIL DETEKSI: Hasil deteksi yang dilakukan alat i-nose c-19 akan dikirimkan melalui pesan daring ke ponsel yang bersangkutan

”Alhamdulillah dari kementerian (Kemenristek/BRIN) mendukung dalam pembuatan alat baru dan operasionalnya nanti,” kata guru besar Departemen Teknik Informatika ITS itu.

Dalam penjelasannya, Ryan memaparkan bahwa kecanggihan dari i-nose c-19 adalah cara kerjanya dengan memanfaatkan artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan untuk memproses sampel dari bau keringat ketiak. “Bau keringat akan diubah menjadi sinyal listrik yang kemudian diklasifikasikan menggunakan AI,” ia menerangkan.

Selain itu, adanya fitur near-field communication (NFC) memudahkan pengisian data yang cukup dengan menempelkan e-KTP pada alat deteksi cepat Covid-19. Penggunaan cloud computing sebagai penyimpan data juga mendukung i-nose c-19 agar dapat terintegrasi dengan publik, pasien, dokter, rumah sakit maupun laboratorium.

BACA JUGA: i-nose c-19, Alat Pendeteksi Covid-19 melalui Bau Keringat Ketiak

Setelah memasukkan nomor telepon seluler (ponsel), sertifikat elektronik yang menyatakan hasil tes positif atau negatif dari yang bersangkutan akan segera dikirimkan melalui pesan daring. Sehingga jika dihitung dari awal pemeriksaan, Ryan menyatakan kurang lebih membutuhkan waktu 3,5 menit sampai hasil sudah keluar.

“Melihat semakin meningkatnya penyebaran virus Covid-19 ini, dunia tentunya sangat membutuhkan banyak teknologi screening yang mudah dan cepat untuk diimplementasikan,” ia memungkasi.