Kamis, 12 September 2019 12:32 UTC
SUMUR: Salah satu sumur bor hasil bantuan pemerintah di Kecamatan Wongsorejo, Banyuwangi, yang langganan kekurangan air saat musim kemarau. Foto : Ahmad Suudi
JATIMNET.COM, Banyuwangi - Musim kemarau tahun ini diperkirakan berlangsung lebih lama dari pada tahun lalu untuk Pulau Jawa, Bali, Lombok, dan Nusa Tenggara. Bila tahun 2018 kemarau berlangsung kurang dari delapan bulan (Mei - pertengahan Desember), kemarau tahun ini diperkirakan berlangsung selama sembilan bulan, sejak Maret hingga November.
Prakirawan Cuaca Stasiun Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Banyuwangi, Agung Dwi Nugroho, mengatakan perkiraan itu untuk pulau-pulau di Indonesia yang berhadapan dengan Laut Selatan. Sementara pulau-pulau lain memiliki prakiraan yang belum tentu sama.
"Jawa, Bali, NTB (Nusa Tenggara Barat), NTT (Nusa Tenggara Timur), yang Selatan-Selatan mirip tipikalnya. Yang Sumatera dan pulau-pulau lain beda lagi," kata Agung, Rabu 11 September 2019.
BACA JUGA: Musim Hujan di Jatim Diprediksi Mulai November
Misalnya di Banyuwangi, selama September diperkirakan mendapatkan curah hujan hanya 0 mm, dan 21 sampai 50 mm di wilayah pegunungan Barat yang berbatasan dengan Jember dan Bondowoso.
Puluhan titik di tiga kabupaten tersebut juga telah menerima bantuan air bersih dari pemerintah daerah masing-masing. Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banyuwangi, Eka Muharram Suryadi mengaku telah mengeluarkan 232 truk tangki bantuan air bersih sejak Agustus hingga awal September.
Air dari PDAM dalam tangki berkapasitas 5.000 liter dibagikan ke 26 titik di empat kecamatan secara bergantian setiap hari. "Di dusun-dusun itu tidak semua kekeringan, paling ada di perkampungan-perkampungan tertentu, hanya ada pada titik-titik tertentu, adanya kekurangan air," kata Eka.
BACA JUGA: Kemarau Panjang Berkah Petani Tembakau Blitar
Titik-titik kekurangan air bersih itu berada di Kecamatan Wongsorejo, Tegaldlimo, Bangorejo, dan Tegalsari, yang langganan mengalami kekurangan air setiap kemarau.
Masing-masing memiliki masalah berbeda yang menyebabkan kekurangan air. Misalnya beberapa tempat di Wongsorejo memiliki mata air sangat dalam hingga puluhan meter ke bawah tanah.
Namun karakter Kabupaten Banyuwangi, kata Eka, tidak mengalami kering kritis saat terjadi kemarau dan tak pernah ditemui satu desa kekurangan air semua.
BACA JUGA: Kemarau, Hama Tikus Serang Jagung Petani Blitar
Kering kritis yang dia maksud ketika tidak ada air sama sekali, sedangkan di Banyuwangi tetap tersedia air saat kemarau, namun dalam jumlah yang tidak mencukupi kebutuhan warga.
Sementara di Jember penyaluran bantuan air bersih oleh pemerintah setempat juga dilakukan setiap hari di sembilan titik secara bergantian.
Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Jember Heru Widagdo mengatakan kekeringan di Jember juga tidak pernah meluas hingga dialami seluruh desa. Kekeringan yang terjadi di lahan seluas sekitar 1 kilometer persegi juga termasuk kategori kekeringan langka.
"Sampai saat ini kami memang mendistribusikan air di Jember. Ada beberapa titik yang rutin harus saya lakukan itu, karena antisipasi kebutuhan warga. Ada yang sekali kirim harus tiga tangki, ada yang sekali kirim cuma satu tangki," tutur dia.
BACA JUGA: Kemarau Tahun 2019 Lebih Panjang
Sedangkan warga Bondowoso yang mengalami kekeringan dalam catatan Jatimnet, selama Juli saja, sudah mendapatkan bantuan 180 ribu liter air dari pemerintah daerah, dan 8.000 liter dari Markas Brimob Bondowoso. Berdasarkan prakiraan BMKG musim hujan mulai datang pada akhir November.