Minggu, 24 February 2019 14:55 UTC
Wakil Gubernur Jatim Emil Elestianto Dardak saat meninjau Waduk Selorejo, Minggu 24 Februari 2019. Foto: Humas Pemprov Jatim
JATIMNET.COM, Surabaya-Direktur Operasional Perum Jasa Tirta I Malang, Alfian Rianto menyebut, kapasitas Waduk Selorejo kian tahun semakin berkurang. Sejak diresmikan pada 1970, volume daya tampungnya menyusut 50 persen.
"Jadi pada saat selesai dibangun tahun 1970 mampu menampung air sebanyak 60 juta meter kubik. Namun, setelah hampir berusia 50 tahun hanya mampu menampung 30 sampai 35 juta meter kubik saja," ujar Alfian dalam rilis yang diterima Jatimnet.com, Minggu 24 Februari 2019.
Ia menduga, penyusutan kapasitas waduk disebabkan degradasi di hulu. Hal itu lantas menimbulkan sendimentasi cukup tinggi pada waduk yang berada di Kabupaten Malang tersebut.
BACA JUGA: Wagub Emil Koneksikan Antar Wilayah di Selatan Jatim
Padahal, peran waduk sangat vital untuk memenuhi kebutuhan di wilayah Selatan Jawa Timur. Tidak hanya sebagai aliran irigasi, waduk yang berada di perbatasan Kabupaten Malang dan Kabupaten Blitar itu juga memasok kepentingan listrik serta kebutuhan air minum di wilayah sekitarnya.
Alfian mengaku telah melakukan berbagai upaya mengurangi sendimentasi di Waduk Selorejo. Di antaranya, mengeruk secara manual dasar waduk dan penataan lahan di hulu guna mengurangi degradasi yang berakibat pendangkalan waduk.
"Tujuannya menjaga kesinambungan ketersediaan air untuk kepentingan Jawa Timur," ungkapnya.
BACA JUGA: Khofifah dan Emil Sambangi Rutan KPK
Sementara, Wakil Gubernur Jatim, Emil Elestianto Dardak mengajak masyarakat untuk menjaga kontinuitas sumber air seperti Waduk Selorejo. Jika waduk tersebut tidak berfungsi lagi karena persoalan sedimentasi, dikawatirkan terjadi banjir pada saat musim hujan dan kekeringan ketika kemarau.
"Padahal Jawa Timur merupakan lumbung pangan nasional," kata Emil.
Wakil gubernur kelahiran Jakarta itu mendorong dilakukan penelitian penyebab pendangkalan. Dengan begitu bisa diambil langkah tepat memperbaikinya.
BACA JUGA: Khofifah-Emil Akan Lanjutkan Program Desa Cemara
Emil mengingatkan, pembangunan apapun harus memperhatikan ketersediaan air mulai dari hulu hingga hilirnya.
Salah satu yang penting adalah bagaimana cara mengelola Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas, mulai hulu hingga hilir, agar bisa berfungsi maksimal dan bisa mengairi sawah di Jawa Timur seluas 300.000 hektare.
"Sebagai koordinator adalah para relawan yang berada di kecamatan, mereka memantau progres kebersihan sungai termasuk waduk setiap minggu, sehingga kinerjanya bisa lebih terukur. Jadi Tidak ada lagi yang mengatakan bahwa Relawan Jogo Kali hanya sebagai usaha sensasi sesaat," tutur Emil.