Logo

Jumlah Penderita Gangguan Refraksi Mata di Surabaya Turun, Ini Strateginya

Reporter:,Editor:

Rabu, 14 October 2020 23:00 UTC

Jumlah Penderita Gangguan Refraksi Mata di Surabaya Turun, Ini Strateginya

REFRAKSI. Perawat Klimik Mata Utama (KMU) Gresik melakukan pemeriksaan mata pada penderita gangguan refraksi. Foto: Agus Salim

JATIMNET.COM, Surabaya – Memperingati Hari Penglihatan Sedunia (World Sight Day) yang bertepatan pada Kamis, 15 Oktober 2020, atau pekan kedua di bulan Oktober, jumlah pasien gangguan refraksi (pembiasan) mata di Surabaya mengalami penurunan signifikan dibanding tahun 2019.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya Febria Rachmanita mengungkapkan jika tahun 2019 lalu, jumlah pasien gangguan refraksi mata sebanyak 4.463 orang.

Melihat angka itu, pihaknya langsung mengambil sejumlah langkah preventif untuk menekan angka penderita. Alhasil, di tahun 2020 ini jumlah penderita refraksi mata mengalami penurunan.

“Jika dihitung dari awal Januari hingga Juli 2020, pasien gangguan refraksi mata yakni 2.665. Penurunannya sangat signifikan,” kata wanita yang akrab disapa Feny itu, Rabu, 14 Oktober 2020.

BACA JUGA: Gangguan Refraksi Masih Tinggi di Gresik, Berikut Cara Mencegahnya

Ia menjelaskan perubahan angka yang cukup signifikan itu sebenarnya sudah dapat dilihat sejak tiga bulan pertama di tahun 2020. Bahkan, berkaca pada bulan Januari 2019, jumlah pasien mencapai 496 anak.

“Sementara itu, pada Januari 2020 pasien menurun menjadi 356 orang. Itu perbandingannya terlihat,” ia memaparkan.

Meski demikian, keberhasilan dalam menekan angka itu tidak serta merta begitu saja. Sebab, ada strategi dan upaya penanggulangan yang dilakukan, di antaranya mengidentifikasi wilayah dan kelompok masyarakat yang berisiko mengalami gangguan refraksi.

Menurut Feny, upaya penanggulangan yang dilakukan kali ini adalah menyasar anak-anak di usia sekolah dan lanjut usia (lansia).

“Kita menyasar pelajar SD dan SMP, usia rata-rata 7-15 tahun. Kemudian langkah kedua, mengembangkan surveilans deteksi dini gangguan refraksi yang dilakukan kader dan rujukan ke Puskesmas,” ia menjelaskan.

BACA JUGA: 5 Makanan yang Baik untuk Menjaga Kesehatan Mata

Tidak hanya itu, upaya lain yang dilakukan adalah melatih kader indera dan melakukan kerjasama dengan Rumah Sakit Mata Masyarakat (RSMM) untuk mendeteksi dini kelainan refraksi mata. Jajaran Dinkes juga memberikan diseminasi komunikasi, informasi, dan edukasi melalui para kader, petugas kesehatan, dan sekolah.

“Penyebaran informasi itu sangat penting. Apalagi para kader Puskesmas yang berhubungan langsung dengan masyarakat,” ia menekankan.

Bahkan, Feny juga melakukan skrining mata dan penanggulangan gangguan indera termasuk kelainan refraksi. Itu penting dilakukan agar ke depan angka kasus berkurang.

“Jadi harus terus dan selalu dalam pantauan. Kami juga menggandeng Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia (Perdami). Kemudian ada RS Bakti Dharma Husada (BDH) dan RSUD dr Soewandhie,” ia memungkasi.