Logo

Jonan Dorong PLN Berguru Susut Jaringan Listrik Rendah ke Cina

Reporter:

Rabu, 10 July 2019 04:03 UTC

Jonan Dorong PLN Berguru Susut Jaringan Listrik Rendah ke Cina

Ilustrasi oleh Cheppy Canggih

JATIMNET.COM, Surabaya – Susut jaringan yang rendah di Cina menyebabkan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan mendorong PT. PLN untuk mempelajari sistem kelistrikan di negeri tirai bambu itu.

"Teman-teman harus banyak belajar di sini. Kenapa? Di sini susut jaringannya sekitar 6 persen, sedangkan kami di sana 9,2 persen," ujarnya saat ditemui ANTARA seusai mengikuti Forum Energi Indonesia-China (ICEF) ke-6 di Beijing, Selasa (9/7/2019) malam.

Kehilangan energi dalam proses pengaliran energi listrik dari gardu induk ke pelanggan, atau yang disebut susut jaringan, mengakibatkan kerugian bagi PLN.

Dengan susut jaringan yang hanya 6 persen, harga jual listrik di Cina kepada konsumen jauh lebih murah dibandingkan dengan di Indonesia, yang susut jaringannya mencapai 9,2 persen.

BACA JUGA: PJB Pastikan Produksi Listrik Tidak Terganggu selama Lebaran

"Ini yang kami dorong. Kenapa kami tidak bisa? 'Lah wong' teknologi yang digunakan sama," kata mantan Menteri Perhubungan itu menambahkan.

Kalau susut jaringan di Indonesia turun tiga persen, dari 9 persen menjadi 6 persen, lanjut Jonan, tarif listrik di Indonesia bisa turun atau mungkin sama dengan di Cina yang terjangkau dan pasokannya lancar ,sehingga sangat jarang terjadi pemadaman seperti di Indonesia.

Menurut dia, kelistrikan di Cina menggunakan semua potensi energi yang ada, termasuk angin, panas bumi, nuklir, gas, dan batu bara.

Meskipun memiliki produksi batu bara yang melimpah dan berkualitas dengan kadar kalori tinggi, Cina tetap mengimpornya dari Indonesia.

BACA JUGA: KPK Menahan Dirut PLN Nonaktif Sofyan Basir

"Produksi batu bara di Cina mencapai 3 miliar ton per tahun, tapi kebutuhannya 3,5 ton per tahun sehingga 500 ribu ton dari kami. Kami sendiri produksinya 600 ribu ton," ujarnya.

Namun dari segi kualitas, produk batu bara di Indonesia kalah dibandingkan dengan Cina karena struktur tanah di daratan Tiongkok tersebut lebih tua.

Dalam ICEF tersebut, Jonan juga berbicara mengenai kemungkinan mempelajari teknologi energi terbarukan yang lebih modern di China.

"Sistem 'grid' (jaringan listrik) kami banyak yang disebut belum 'smart grid' sehingga kalau menerima pembangkit 'renewable' (energi terbarukan) yang besar, seperti air, panas bumi, dan angin, kami 'gelagapan' karena memang sistem pengendalian transmisi distribusi kami tidak siap," kata alumnus Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga (Unair) Surabaya itu.

BACA JUGA: Hadapi Lebaran, PLN Pastikan tak Ada Defisit Daya

ICEF merupakan forum bilateral Indonesia-Cina yang digelar setiap dua tahun sekali. ICEF ke-5 digelar di Indonesia pada 2017. Pada ICEF tahun ini di Beijing, Indonesia mengirimkan sedikitnya 50 anggota delegasi dari Kementerian ESDM, PT PLN, PT PGN, PT Pertamina, dan lain sebagainya untuk bertemu dengan mitra-mitranya dari Cina pada 8-10 Juli 2019.

Seusai menghadiri ICEF, delegasi Indonesia yang dipimpin Jonan bertemu dengan sejumlah warga negara Indonesia di Wisma Duta KBRI Beijing untuk memberikan wawasan tentang energi nasional.

Dalam pertemuan yang difasilitasi oleh Duta Besar RI untuk Cina Djauhari Oratmangun, Kementerian ESDM memutar beberapa video tentang ketersediaan energi di seluruh pelosok Nusantara, diselingi tanya-jawab dengan Jonan.

"Saya sudah pernah bertemu dengan Dubes Tiongkok di Indonesia. Saya mendorong agar ada lulusan dari sini yang berkiprah di Indonesia karena sebelumnya banyak dari Barat dan Jepang," kata Jonan. (ant)