Selasa, 12 March 2019 02:37 UTC
Logo Tebuireng
JATIMNET.COM, Surabaya – Tebuireng terapkan program Pesantren Sehat dengan melengkapi fasilitas kesehatan sekaligus mengubah gaya hidup tak sehat dari santri nya.
Upaya penting yang telah dimulai sejak lama adalah larangan merokok bagi santri dan guru. Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng Ir. KH. Salahuddin Wahid menyebut pesantren memberikan sanksi mendidik pada pelanggar larangan itu.
“Kami memberi sanksi yang bersifat mendidik kepada santri yang merokok. Kami juga mengadakan kerja sama dengan Komnas Pengendalian Tembakau dalam sosialisasi bahaya merokok”, katanya dilansir dari laman Kementerian Kesehatan RI Sabtu 9 Maret 2019.
Selain larangan merokok, ada pula program promosi kesehatan yang meliputi program pengelolaan penyakit krinis (prolanis), bimbingan Unit Kesehatan Sekolah, Penyuluhan Kesehatan, Pelatihan Santri Husada, Pembinaan Kantin Sehat, Roan (Kerja bakti) kebersihan, dan Medical Check.
BACA JUGA: Ponpes Tebuireng Bangun Rumah Sakit untuk Umum
''Prolanis dilakukan satu bulan sekali untuk pasien kronis dengan senam, penyuluhan, dan pemeriksaan gratis,'' ucapnya.
Sedangkan Penyuluhan Kesehatan meliputi pembinaan kader juru basmi jentik, penyakit TBC, penyakit menular, penyuluhan demam berdarah dan kesehatan remaja.
Sementara pembinaan kantin sehat meliputi penyadaran untuk tidak menggunakan bahan pengawet, pemanis, perasa, dan pewarna.
Selain berupaya mengubah gayah hidup santri, Tebuireng juga melengkapi dengan fasilitas kesehatan. Saat ini Rumah Sakit Hasyim Asyari atas kerjasama dengan Dompet Dhuafa sedang dibangun.
BACA JUGA: Pakistan Pun Belajar Kurikulum Pendidikan ke Pesantren Salafiyah
Rencananya RS tersebut akan diisi 100 tempat tidur dengan target beroperasi di akhir 2019.
Upaya lain adalah dengan melibatkan peran tenaga ahli kesehatan.
Sejak 2013, Tebuireng bekerja sama dengan Persatuan Dokter Gizi Indonesia dalam peningkatan dan pemantauan status gizi santri. Santri baru diukur tinggi badan dan ditimbang berat badannya.
''Ternyata jumlah santri baru yang berat badannya di bawah standar di berbagai sekolah dan madrasah beragam, paling tinggi 12,5% dan paling rendah 3,2%. Yang berat badannya di atas standar juga tidak beda banyak,'' kata KH. Salahuddin.
Tinggi dan berat badan yang di atas dan di bawah standar, tambahnya, akan dipantau setiap bulan. Pihak pesantren melakukan perbaikan menu gizi sesuai arahan dokter gizi.
BACA JUGA: Kemenag Akan Petakan Pesantren dan Boarding School
Dalam upaya perbaikan gizi agar bersifat lebih luas, Tebuireng pun menjaring kerja sama dalam Pelatihan Gizi (TOT) untuk meningkatkan perannya sebagai Pusat Program Percepatan Perbaikan Gizi bagi pesantren lain di jawa Timur.
Pelatihan itu dilakukan di kabupaten Jombang, Nganjuk, Bojonegoro, Ponorogo dan kota Surabaya. Di samping itu juga telah dilakukan penyuluhan gizi di beberapa sekolah Islam di Jombang.
''TOT ini bermanfaat karena banyak pesantren yang pengetahuan dan kesadarannya masih kurang tentang kesehatan khususnya masalah gizi. Kami juga memberikan pil anemia kepada santri yang membutuhkan,'' katanya.