Sabtu, 26 January 2019 01:41 UTC
Salah satu lapak Indonesia di Winter Fancy Food Show (WFFS) 2019. Foto: Kementerian Perdagangan
JATIMNET.COM, Surabaya - Indonesia meraup omset hingga USD 1,03 Juta dalam Winter Fancy Food Show (WFFS) di Moscone Convention Center, San Francisco, California, Amerika Serikat pertengahan Januari 2019 lalu. Omset tersebut meningkat dua kali lipat dibanding pada tahun lalu.
Kepala ITPC Los Angeles, Antonius A. Budiman mengatakan tingginya potensi transaksi makanan minuman khas Indonesia menunjukkan produk-produk tersebut mampu bersaing dengan produk sejenis dari negara lain di pasar AS. "Semoga ke depannya, semakin banyak specialty food unggulan Indonesia yang dapat diekspor ke AS,” ujar Anton dalam siaran pers yang diterima Jatimnet.com, Jumat 25 Januari 2019.
Pada ajang tersebut, sebanyak delapan perusahaan berpartisipasi yaitu PT Harendong Green Farm, Jawa Import, Epiglo, LLC, PT Kapal Api Global, PT. Kampung Kearifan Indonesia (Javara), RASA, PT. Manohara Asri dan PT. Rasaprima Sukses.
BACA JUGA: Ragam Kuliner Nusantara di di Tempo Doeloe Reborn
Sedangkan produk yang ditampilkan antara lain biskuit, keripik tempe, mi moringa, mi kentang ungu, mi kunyit, kacang mete, wafer, permen, keripik daun singkong, vegan sambal kecombrang, selai kenari, rempah-rempah, bumbu, dan sambal. Selain itu, ada pula minuman herbal, minuman kesehatan, coklat bubuk, kopi, teh premium, dan lain sebagainya.
WFFS 2019 merupakan pameran specialty food internasional yang diselenggarakan setiap tahun. Tahun ini merupakan penyelenggaraannya yang ke-44. WFFS menjadi pameran paling berpengaruh dalam industri specialty food. Pameran ini diikuti sekitar 1.500 peserta dari seluruh dunia dan menampilkan 80.000 ragam produk.
Anton menyampaikan, pasar AS kini semakin terbuka dengan cita rasa makanan dari seluruh dunia. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, di antaranya latar belakang masyarakat AS yang heterogen, semakin banyaknya acara hiburan televisi nasional AS yang mengemas dunia kuliner secara populer, serta meningkatnya pola hidup gaya sehat.
“Berbagai perkembangan tersebut mempengaruhi gaya hidup masyarakat AS, termasuk pola dan cara konsumsi mamin. Pelaku usaha Indonesia harus dapat memanfaatkan peluang ini untuk meningkatkan ekspor specialty food ke AS,” tambah Anton.