Senin, 06 April 2020 09:00 UTC

JEMBER FESTIVAL CARNIVAL: Pelaksanaan event JFC ke 18 tahun 2019 lalu. Tahun lalu merupakan JFC pertama kalinya tanpa kehadiran Dynand Fariz, penggagas sekaligus presiden JFC. Dynand meninggal pada April 2019. Foto: Istimewa/dok.
JATIMNET.COM, Jember - Di tengah merebaknya pandemi SARS CoV-2 atau Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) berdampak di berbagai bidang. Salah satunya adalah ajang fashion terbesar di tanah air, Jember Fashion Carnaval (JFC) tahun 2020, ditunda hingga tahun depan.
"Karena sangat beresiko kalau kita paksakan (di akhir tahun). Karena persiapan peserta untuk me-recovery kan butuh waktu," ujar David K. Susilo, Direktur Development Program JFC, saat dikonfirmasi Jatimnet.com pada Senin 6 April 2020.
Penyelenggaraan JFC tahun ini memasuki usia ke 19, diundur pada Juni atau Agustus tahun 2021. Adapun tanggal karnaval dikenal sebagai ajang fashion terbesar itu akan ditetapkan kemudian.
BACA JUGA: Setengah Wilayah di Jatim Masuk Zona Merah Covid-19
Tahun ini juga seharusnya menjadi gelaran JFC pertama yang persiapannya tanpa melibatkan sang pendiri, Dynand Fariz. Desainer kawakan itu meninggal karena sakit pada pertengahan April tahun lalu.
"Sebenarnya persiapan sudah kita lakukan sejak November 2019. Cuma dengan peristiwa seperti ini ada aktivitas yang tidak mungkin bisa kita paksakan," jelas David.
Penundaan selama setahun itu, karena dibutuhkan proses yang cukup panjang untuk mempersiapkan pelaksanaan JFC. Secara perhitungan, lanjut David, persiapan JFC membutuhkan waktu setidaknya 6 bulan, terhitung sejak Januari 2020. Hal ini meliputi rekrutmen peserta, pelatihan, dan sebagainya, yang bisa melibatkan hingga 1.100 orang peserta, serta 1.000 orang pendukung even.
Selain itu, saat penyelenggaraan, ajang JFC yang digelar selama beberapa hari itu bisa disaksikan hingga 200 ribu peserta.
BACA JUGA: Tim Tracing Covid-19 Jatim Temukan 21 Titik Penularan
"Nah sebagian besar peserta kita kan mahasiswa dan pelajar. Mereka saat ini sedang study from home. Kalaupun nanti mereda, tentu butuh waktu lagi, untuk recovery mereka (kembali ke kegiatan normal)," papar pria yang juga dosen di IKIP PGRI Jember ini.
Diakui David, penundaan JFC tahun ini akan berdampak secara beruntun terhadap sektor pariwisata yang ada di Jember dan sekitarnya.
"Biasanya hotel penuh, permintaan souvenir meningkat (saat pelaksanaan JFC)," ujar pria yang juga Sekjen Asosiasi Karnabal Indonesia (AKARI), Kementerian Pariwisata RI ini.
Sembari menanti berakhirnya pandemik Covid-19, David masih berhitung skenario k depan. "Masih kita pikirkan. Pariwisata ini kan bangkitnya akan sangat pelan. Beda dengan sektor riil," pungkas David.
