Logo

Identifikasi Bencana, Pemkab Mojokerto Bentuk Forum PRB

Reporter:,Editor:

Rabu, 15 December 2021 13:00 UTC

Identifikasi Bencana, Pemkab Mojokerto Bentuk Forum PRB

DETEKSI BENCANA. Forum PRB yang dibentuk BPBD Kabupaten Mojokerto dikukuhkan Bupati Mojokerto Ikfina Fahmawati di gedung PPNI, Rabu, 15 Desember 2021. Foto: Karina Norhadini

JATIMNET.COM, Mojokerto – Pemerintah Kabupaten Mojokerto membentuk Forum Pengurangan Risiko Bencana (PRB) sebagai identifikasi dini dalam mengatasi bencana khususnya wilayah-wilayah yang rawan, Rabu, 15 Desember 2021.

Forum yang dibentuk Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Mojokerto ini dikukuhkan Bupati Mojokerto Ikfina Fahmawati di gedung PPNI yang beranggotakan berbagai unsur, yakni para relawan, anggota BPBD, hingga awak media.

Ikfina menyebutkan Forum PRB ini berawal dari para relawan di Kabupaten Mojokerto yang melakukan identifikasi terhadap semua program yang bisa dianggarkan dalam pengurangan risiko terhadap bencana.

BACA JUGA: 18 Kecamatan di Mojokerto Rawan Bencana Alam, Ini yang Dilakukan Pemerintah

Hingga akhirnya dibentuk dan dikukuhkanlah forum yang diharapkan bisa melakukan tindakan antisipasi dini sebelum terjadi bencana dan tidak menunggu atau bergantung terhadap pemerintah dalam upaya penanggulangan.

"Jadi harapannya tidak menunggu pemerintah, kemudian baru ada bencana bertindak. Semestinya, teman-teman ini semua pada saat tidak ada bencana bisa melakukan berbagai upaya itu," ucap Ikfina.

Sebab, para relawan dianggap lebih mengetahui medan di lapangan ketimbang pemerintah. Sehingga, Ikfina berharap semua relawan bisa memberikan rujukan tempat atau pusat penduduk di daerah yang rawan bencana.

Bahkan, agar bisa melakukan identifikasi tanda-tanda adanya bencana dan bisa melakukan penyelamatan secara dini terutama di Kabupaten Mojokerto yang terdiri dari 18 kecamatan dengan penyebaran peta rawan tanah longsor, banjir, kekeringan, dan angin puting beliung.

BACA JUGA: Korban Tewas Tertimpa Pohon Tumbang di Mojokerto Jadi Tiga Orang

"Sehingga kita berharap dan saya benar-benar menunggu masukan dari kawan-kawan yang paham sekali titik bencana di Mojokerto. Termasuk juga pembangunan yang harus dilaksanakan untuk pengurangan risiko bencana. Saya yakin teman-teman ini adalah pelaku di lapangan, jadi masukan masing-masing yang sudah sesuai dan bisa kami tindak lanjuti, " ucapnya.

Pemimpin perempuan pertama di Kabupaten Mojokerto ini menambahkan pihaknya saat ini fokus pada bencana hidrometeorologi yang berdasarkan BMKG puncaknya akan berada di bulan Januari hingga Februari 2022.

Ia meminta semua pihak termasuk masyarakat harus waspada utamanya yang berada di lokasi rawan banjir, longsor, angin puting beliung, dan cuaca ekstrem lainnya.

"Fokus kita hidrometeorlogi karena masanya itu. Ini belum puncaknya, puncaknya kalau kata BMKG nanti Januari-Februari. Jadi tetap waspada itu, termasuk dengan pohon-pohon. Masyarakat perlu diingatkan yang tinggal di area pohon-pohon itu," ucapnya.