Logo

18 Kecamatan di Mojokerto Rawan Bencana Alam, Ini yang Dilakukan Pemerintah

Reporter:,Editor:

Minggu, 14 November 2021 07:00 UTC

18 Kecamatan di Mojokerto Rawan Bencana Alam, Ini yang Dilakukan Pemerintah

BERSIH SAMPAH: Proses evakuasi untuk membersihkan sampah dan tanaman air dari aliran sungai avour di Desa Tempuran, Kecamatan Warga yang disinyalir sebagai penyebab banjir, Minggu 14 November 2021.. Foto : Karin

JATIMNET.COM, Mojokerto - Sebanyak 18 kecamatan di Kabupaten Mojokerto terpetakan rawan bencana di bulan November-Desember tahun 2021. Lima diantaranya rawan banjir dan longsor sesuai peta kerawanan bencana dari BPBD Kabupaten Mojokerto.

Kelima titik tersebut adalah, Kecamatan Trawas, Kecamatan Pacet, Kecamatan Gondang, Kecamatan Ngoro, dan Kecamatan Jatirejo. Untuk itu, pemerintah daerah (Pemda) melakukan fokus terhadap penanganan bencana banjir yang menjadi langganan tahunan.

Salah satunya, dengan menangani sampah dan tanaman air yang ada dialiran-aliran sungai. Lalu menyebabkan saluran air tersumbat hingga membuat terjadinya luapan air ke area penduduk.

Bupati Ikfina Fahmawati menjelaskan, proses pembersihan sungai yang berpotensi mengakibatkan luapan air. Hingga menyebabkan sejumlah perkampungan banjir tiap tahunnya sudah dilakukan sejak Oktober lalu.

Baca Juga: Musim Hujan, Ini Potensi Bencana di Kabupaten Madiun

"Saat ini kita menghadapi musim yang agak spesial, yakni efek La-Nina. Maka kita melakukan mitigasi yang tepat, cepat, dan melakukan kordinasi dengan pihak yang bersangkutan sejak Oktober lalu," ucap Bupati Mojokerto Ikfina Fahmawati, Minggu 14 November 2021.

Ikfina menyebut, saat ini upaya pembersihan aliran sungai terus dilakukan. Salah satunya aliran sungai avour yang melintasi Desa Tempuran, Kecamatan Sooko. Ada dua alat berat yang diterjunkan dalam mengangkat tumpukan tanaman kangkung dan enceng gondok yang menyumbat aliran sungai itu.

Mulai dari BPBD, PUPR, DLH, Damkar, dan BBWS hingga Destana bersama pemerintah desa setempat terjun langsung guna membersihkan sampah dan tanaman air yang menghambat aliran. "Daerah-daerah yang memang menjadi langanan banjir seperti Tempuran ini, akan mendapatkan perhatian serius dari pemerintah Kabupaten Mojokerto," ucapnya.

Bupati perempuan pertama Kabupaten Mojokerto ini, memastikan pembersihan aliran sungai akan dilakukan disetiap titik aliran sungai yang berpotensi menghambat dan mengakibatkan luapan. Dan itu sudah terpetakan di peta rawan bencana Kabupaten Mojokerto.

Baca Juga: Longsor Nganjuk, 20 Orang Belum Ditemukan

"Ini merupakan bentuk kesiagaan kita dalam mengantisipasi banjir. Bila nanti terjadi hujan dengan curah yang cukup tinggi hingga meluapnya aliran air sungai. Semua bentuk benda yang menghambat aliran sungai akan segera kita evakuasi dan bersihkan ini sebagai bentuk antisipasi yang kita lakukan. Saya harap warga tetap waspada," ucapnya.

Terpisah, Kabid Pencegahan Dan Kesiapsiagaan BPBD Kabupaten Mojokerto, Puji Andriyati menambahkan mitigasi restorasi sungai terpusat di dua titik. Yakni, Sungai Balongkrai (Aliran dari Kota Mojokerto), Sungai Avour Jombang (Watudakon).

"Pembersihan sungai yang dipenuhi sampah tanaman eceng gondok dan kangkung dilakukan bersama-sama secara manual menggunakan perahu karet, dan bantuan alat berat (Excavator)," ujarnya.

Puji menyatakan sampah tanaman yang bercampur dengan sampah rumah tangga ini disinyalir memicu banjir tahunan di Desa Tempuran, utamanta ketika turun hujan dengan intensitas tinggi. "Itu yang menyebabkan banjir di Desa Tempuran. Nah, pas kemarin awal tahun 2021 dari aliran Sungai Avour Watudakon yang hulunya ada di Jombang membanjiri rumah warga," katanya.

Baca Juga: BPBD Ponorogo Petakan 27 Desa di Ponorogo Berpotensi Mengalami Bencana Kekeringan

Puji menjelaskan, kegiatan mitigasi restorasi sungai merupakan salah satu upaya pemda mengurangi risiko dan ancaman bencana banjir tahunan yang acapkali merendam Desa Tempuran. Upaya lain, pihak BBWS juga membangun tanggul untuk mencegah luapan air sungai membanjiri permukiman warga.

"Banjirnya setiap tahun di kawasan Desa Tempuran, jadi mudah-mudahan seandainya terjadi hujan lebat dan memicu banjir paling tidak air dapat surut dengan cepat. Tidak seperti awal tahun 2021 banjir surut lebih dari 14 hari," ujarnya.

Lebih lanjut Puji meyakini kegiatan mitigasi restorasi sungai ini, dapat membersihkan sampah tanaman eceng gondok dan kangkung dari aliran sungai yang beratnya diperkirakan mencapai puluhan ton. "Sekarang aja sudah 35 truk yang mengangkut sampah tanaman eceng gondok dan kangkung dari dua sungai Balongkrai dan Sungai Avour Watudakon. Itupun masih terus berlanjut," ia memungkasi.