Logo

Hujan Datang, Petani Tembakau di Ponorogo Terancam Rugi

Reporter:,Editor:

Selasa, 02 November 2021 04:20 UTC

Hujan Datang, Petani Tembakau di Ponorogo Terancam Rugi

Seorang petani tembakau saat melakukan panen di kebunnya. Foto: Gayuh.

JATIMNET.COM, Ponorogo – Ratusan petani tembakau di Desa Tatung, Kecamatan Balong, Kabupaten Ponorogo terancam merugi karena tembakau hasil panenan mereka turun kualitas akibat musim hujan datang lebih awal.

Salah satu petani tenbakau Ulifah, menuturkan jika kualitas tembakau hasil panennya saat ini mengalami turun kualitas karena musim hujan turun lebih awal. Bahkan sebelumnya selama hampir tiga hari kebelakang Ponorogo dilanda hujan terus menerus, padahal saat ini tembakaunya sudah memasuki musim panen.

“Kalau kualitas jelek, pabrik biasanya tidak mau menerima, dan akhirnya dibuang ke pasar lokal dengan harga 10 ribuan,” tutur Ulifah, Selasa 2 November 2021.

Baca Juga: Krisis Air Menyulitkan Petani Tembakau di Probolinggo

Padahal menurutnya dengan kualitas terbaik, satu kilogram tembakau cacah kering kering biasa dibeli pabrik mulai dari Rp 20 ribu hingga Rp 36 ribu tergantung kualitas dari tembakaunya.

“Selain harganya turun, hasil panen juga akan menurun karena musim hujan, sehingga pertumbuhan tanaman menjadi kurang maksimal,” imbuh Ulifah. 

Sementara Kepala Desa Tatung, Rudi Sugiharto mengatakan jika ada lebih dari 300 petani di desanya yang menggantungkan hidup dari bertani tembakau. Dengan luasan lahan pertanian tembakau sekitar 50 hektar didesanya dan capaian hasil panen perhektar mencapai 3,5 sampai 5 ton perhektarnya.

HASIL PANEN: Hasil panen dari petani tembaku yang dijemur di depan rumahnya. Foto: Gayuh

Maka potensi panen raya tembakau di desanya bisa mencapai 200 Ton permusim panen. “Tapi musim hujan datang terlalu cepat seperti ini potensi panen petani perhektar hanya berkisar dua ton perhektarnya,” kata Rudi. 

Selain itu proses pengeringan yang masih menggunakan cara tradisional dan mengandalkan alam juga menjadi kendala jika tembakau harus dipanen pada musim penghujan.

Akibatnya tembakau yang keringnya kurang maksimal akan berwarna kemerahan dari seharusnya berwarna kekuningan untuk tembakau kualitas terbaik. 

Baca Juga: Akibat Pandemi Covid, Jatah Dana Bagi Hasil Cukai Tembakau Menurun

“Sebenarnya pengeringan bisa menggunakan oven, namun akan membebani biaya produksi dan perlu modal besar untuk membeli alatnya,” kata Rudi.

Meski terancam merugi akibat hujan, sejumlah petani tembakau sebenarnya sempat menikmati hasil tembakau dengan kualitas sedang. Namun dalam proses panen tembakau dengan kualitas terbaik ada pada daun bagian atas maka petani akan kesulitan untuk mendapat harga terbaik. “Sebenarnya hanya tinggal dua tiga kali panen, setelah itu akan kembali menanam padi,” ujar Rudi. 

Ia pun berharap agar pabrik masih tetap mau menerima tembakau dari para petani tembakau didesanya sehingga petani tidak akan kesulitan untuk memasarkan hasil panennya. “Inginnya tetap masih musim kemarau, sehingga pertumbuhan bagus dan kualitas tembakau tetap baik,” pungkas Rudi.