Senin, 13 August 2018 08:07 UTC
Ilustrasi (Sumber: komunitaskretek.or.id )
JATIMNET.COM, Probolinggo – Krisis air yang terjadi di Dusun Gunung Wurung, Desa Opo-Opo, Kecamatan Krejengan, Probolinggo, berdampak terhadap petani tembakau yang ada di daerah itu. Petani kesulitan mendapatkan air untuk mengairi tanaman tembakaunya.
Menurut petani tembakau yang tinggal di Kecamatan Kecamatan Krejengan, Ghozali, petani mulai kesulitan mendapatkan air sejak sebulan lalu karena minimnya aliran air ke lahan petani.
“Saya tidak punya pompa, jadi harus sewa untuk mengairi lahan tembakau,” kata Ghozali seperti dikuti Antara, Senin (13/8/2018).
Ghozali mengatakan, biaya sewa tidak termasuk bahan bakar sebesar Rp 50 ribu per enam jam dan Rp 100 ribu untuk sewa 10 jam. setiap enam jam sewa, saya harus bayar Rp50 ribu dan kalau sewa 10 jam dikenakan tarif Rp100 ribu.
Menurutnya, untuk memompa air selama empat jam membutuhkan bahan bakar sekitar 3-4 liter dengan harga eceran Rp8 ribu per liter, sehingga biaya bahan bakar yang dibutuhkan antara Rp24 ribu hingga Rp32 ribu.
“Kalau sewa sehari, saya beli bensin 7-10 liter. Berarti tambahan biaya Rp56-Rp80 ribu karena mesin semakin lama dihidupkan, maka semakin panas. Jadi bahan bakarnya lebih boros,” katanya.
Petani terpaksa mengeluarkan biaya tambahan untuk sewa sewa mesin dan BBM Rp296 ribu hingga Rp720 ribu. Belum lagi biaya tenaga kerja untuk penyiraman tembakau dengan biaya Rp 30 ribu per hari setiap orang dan jika pemilik lahan tidak memberi makan, maka upah naik menjadi Rp35 ribu per orang. “Satu lahan membutuhkan lima orang, sehingga minimal Rp150 ribu setiap kali penyiraman lahan tembakau,” ujar Ghozali.
Ia berharap petugas irigasi di tingkat atas bisa melihat kondisi kekeringan yang melanda lahan pertanian karena bukan hanya Dusun Gunung Wurung saja yang kesulitan air, melainkan dusun lainnya di Kecamatan Krejengan yakni Dusun Alas Lumbung dan wilayah selatan Dusun Opo-opo lor.
Sebelumnya, Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Kabupaten Probolinggo Achmad Mudzakir mengatakan, sebagian petani tembakau di beberapa desa memang mengalami kesulitan air dan menggunakan pompa air jika musim kemarau tiba karena ketersediaan air minim. Namun, itu tidak terjadi di semua wilayah sentra tembakau.
“Di Kecamatan Krejengan ada Desa Kamal Kuning, Karangren, Rawan dan Opo-Opo yang kesulitan air. Sedangkan Desa Seboro punya air sepanjang tahun,” katanya.