Selasa, 21 July 2020 12:00 UTC
Ilustrasi kekerasan pada anak. Ilustrasi: Gilas Audi
JATIMNET.COM, Surabaya – Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Kependudukan (DP3AK) Provinsi Jawa Timur Andriyanto menyebut angka kekerasan anak dan perempuan dalam kurun waktu Januari hingga pertengahan Juli 2020 terbilang cukup tinggi.
Hingga 16 Juli 2020 tercatat ada 699 laporan kekerasan. Sebanyak 40,6 persen di antaranya berupa kekerasan seksual, dan sisanya kekerasan fisik dan psikis. "Lokasi terbanyak dilaporkan terjadi di rumah tangga, disusul fasilitas umum, tempat kerja, dan sekolah," ujar Andriyanto saat menjadi narasumber webinar, Selasa, 21 Juli 2020.
Ia mengakui angka tersebut terbilang tinggi. Karenanya, perlu ada sosialisasi pencegahan kekerasan yang intens terkait hal itu. "Ini yang harus disuarakan oleh para pihak terutama oleh teman-teman media agar masyarakat dapat diedukasi secara benar," katanya.
BACA JUGA: Sepanjang 2019, Kekerasan Terhadap Anak Rumah dan Sekolah Belum Aman
Sementara itu, Direktur Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Tulungagung Winny Isnaeni mengatakan salah satu isu perlindungan anak yang saat ini marak terjadi dan seringkali masih diabaikan dampaknya adalah isu kekerasan. Termasuk di dalamnya kekerasan berbasis gender, eksploitasi, kesehatan mental anak, dan penelantaran anak.
Khusus untuk kekerasan berbasis gender, Winny menyebut masih sering dianggap tabu oleh masyarakat karena pengaruh budaya dan lingkungan masyarakat. Sehingga banyak kasus yang justru tidak terungkap. Dampaknya, tak ada penanganan maupun respons terhadap korban.
BACA JUGA: Perempuan Masih Dominasi Korban KDRT dan HIV/AIDS di Jatim
"Jika tidak dicegah dan ditangani dengan baik, kasus kekerasan dapat berdampak bagi korban," kata Winny.
Child Protection Specialist UNICEF Kantor Perwakilan wilayah Jawa, Naning Pudjijulianingsih, mengungkapkan di masa pandemi ini harusnya semua pencegahan kekerasan anak bisa dilakukan dari tiap rumah dengan kolaborasi yang baik antara keluarga, sekolah, masyarakat, dan media.
"Meskipun dalam kondisi sulit menghadapi pandemi, semua anak harus bisa dipastikan pendidikannya serta kontrol keluarga yang baik. Termasuk dalam kesehatan mental anak yang harus dijaga. Nah, media sangat berperan dalam hal ini," kata dia.