Senin, 09 May 2022 09:40 UTC
Peternak sapi di Desa Suru, Kecamatan Dawarblandong, Kabupaten Mojokerto mulai panik dan memilih menjual ternak mereka.
JATIMNET.COM, Mojokerto - Peternak sapi di Desa Suru, Kecamatan Dawarblandong, Kabupaten Mojokerto mulai panik dan memilih menjual ternak mereka. Lantaran, sudah dua pekan ratusan sapi milik mereka mengalami penyakit mulut dan kaki (PMK).
"Sudah dua mingguan sakit begini (mulut mengeluarkan air liur, dan kaki luka-luka. Kira-kira sudah 50 kandang yang terkena di Desa Suru ini, kalau di Dusun Suru saja kisaran 100 ekor sapi," ucap Ketua Kelompok Tani Tenanan, Dusun/Desa Suru, Kecamatan Dawarblandong, Kabupaten Mojokerto, Senin 09 Mei 2022.
Ia mengatakan, gejala awal yang ditunjukkan sapi-sapi ternak itu mulai dari demam, mulut mengeluarkan busa, hingga kuku mengalami luka, bernanah, dan kehilangan nafsu makan.
Saat ini mereka hanya bisa mengobati sendiri, tanpa meminta bantuan pihak yang berkompeten seperti dokter hewan. Yakni, dengan memberikan obat pereda nyeri manusia, larutan pereda panas dalam, dan telur.
Baca Juga: Terjangkit Wabah PMK, Gubernur Jatim Intruksikan Pasar Sapi Tutup Sementara
Namun, hingga kini belum menunjukkan perubahan kesehatan yang signifikan. Bahkan, sudah ada satu ekor sapi yang mati di kawasan Desa Suru. "Yah mendingan sedikit, tapi yah gara-gara sakit ini jadi kurus," ucapnya.
Pria berusia 63 tahun ini juga mengaku, banyak peternak yang menjual sapi-sapi tersebut. Karena panik dan takut hewan peliharaannya mati sebelum laku terjualterjual pada lebaran Idul Adha nanti.
Bahkan, peternak memilih rela menanggung rugi saat menjual sapi mereka dalam keadaan sakit PMK yang bermula dari virus Foot Mouth Disease (FMDV) menyebar lewat media udara, kontak fisik, dan peralatan yang ada di kandang. Satu ekor sapi yang dijual mengalami kerugian Rp7 juta sampai Rp8 juta per ekor.
"Warga yah panik, jadi yah mulai di jual. Ada aja yang beli, tapi yah rugi. Harga biasa satu ekor Rp30 juta jadi Rp23 juta. Kadang enam ekor satu harinya yang di jual," ia memungkasi.