Rabu, 12 November 2025 05:00 UTC
Istri Presiden ke-4 RI almarhum KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, Nyai Hj. Sinta Nuriyah Wahid saat diwawancarai. Foto: Khaesar.
JATIMNET.COM, Surabaya – Nyai Hj. Sinta Nuriyah Wahid mengucapkan syukur dan terima kasih atas penganugerahan gelar pahlawan nasional kepada Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid atau Gus Dur yang merupakan almarhum suaminya.
Menurutnya, penghargaan tersebut merupakan bentuk pengakuan negara atas perjuangan Gus Dur yang sepanjang hidupnya berpegang pada nilai-nilai kemanusiaan, demokrasi, dan keadilan.
“Sebagai keluarga, kami merasa bersyukur bahwa Tuhan memberikan hak cipta penghargaan kepada Gus Dur,” ujar Sinta Nuriyah usai mengikuti perayaan ulang tahun Grand Swissbell Hotel Darmo Surabaya, Rabu, 12 November 2025.
“Saya juga berterima kasih atas apa yang dilakukan Gus Dur selama ini untuk bangsa dan negaranya, kini diakui oleh negara,” lanjutnya.
BACA: Tiga Tokoh Asal Jatim Ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional, PKB Tasyakuran
Ia juga menyampaikan apresiasi kepada seluruh masyarakat Indonesia yang turut mendoakan dan bersyukur atas penganugerahan tersebut. Menurutnya, semangat perjuangan Gus Dur tidak hanya menjadi milik keluarga, tetapi telah hidup dalam hati rakyat Indonesia.
“Saya berterima kasih kepada masyarakat bahwa apa yang diperjuangkan Gus Dur selama ini, demokrasi, persaudaraan, kesetaraan, keadilan, kejujuran, terutama tentang kemanusiaan akan terus dipegang oleh masyarakat dan dijadikan pedoman untuk membangun bangsa,” ujarnya.
Dalam kesempatan itu, Sinta Nuriyah berpesan agar masyarakat, terutama generasi muda terus menjaga nilai-nilai kebangsaan yang selama ini diperjuangkan oleh Gus Dur.
“Pesan saya kepada seluruh masyarakat, apa yang diperjuangkan Gus Dur tentang demokrasi, kemanusiaan, dan kesatuan harus dijadikan pedoman bagi rakyat Indonesia. Karena semuanya itu ada dalam dasar negara Pancasila,” katanya.
BACA: Golkar Sumenep Beri Apresiasi Ditetapkannya 10 Tokoh jadi Pahlawan Nasional
Menurutnya, bangsa Indonesia akan menjadi negara yang tenteram dan sejahtera apabila tetap berpegang pada nilai-nilai luhur tersebut.
“Jangan lihat yang muluk-muluk, yang tidak benar. Ingat bahwa kita bangsa Timur yang beradab, negara beragama Islam, jadikan pedoman yang sebaik-baiknya,” tuturnya.
Sinta juga mengingatkan agar masyarakat mampu menyaring pengaruh kemajuan teknologi yang begitu cepat.
“Kita sekarang dilanda kemajuan teknologi, tapi itu harus disaring. Tidak semuanya harus diikuti, dicontoh, tetapi harus disaring,” ujarnya.
Terkait penganugerahan gelar Pahlawan Nasional, Sinta mengaku tidak memiliki rencana khusus selain bersyukur dan berdoa di makam sang suami.
“Tadi kami sudah ke makam Gus Dur, tahlilan di sana. Yang paling penting sudah kami laporkan kepada Gus Dur bahwa beliau mendapatkan penghargaan sebagai pahlawan nasional,” ujarnya sambil tersenyum.
Ia juga menambahkan bahwa banyak masyarakat di berbagai daerah yang menggelar syukuran sebagai wujud kecintaan terhadap Gus Dur.
“Sudah diselamati oleh seluruh rakyat Indonesia, banyak sekali yang membuat syukuran. Kurang apa lagi, ya sudahlah,” imbuhnya.
Putri kedua Gus Dur, Yenny Wahid yang turut mendampingi ibunya, menilai sosok Gus Dur sebagai figur langka yang kuat dalam prinsip namun lentur dalam pendekatan. Ia menyebut ayahnya sebagai teladan sejati seorang negarawan.
“Gus Dur itu tokoh yang sangat kuat dalam menjaga nilai. Tegas dalam prinsip, tapi juga rekonsiliatif dan lentur dalam strategi. Namun, beliau tidak mau berkompromi dalam nilai,” ujar Direktur Wahid Foundation itu.
Yenny menegaskan, meskipun Gus Dur sadar bahwa mempertahankan prinsip bisa berujung pada kehilangan jabatan atau posisi politik, namun ia tetap memilih kebenaran.
“Bagi Gus Dur, yang paling utama adalah prinsip harus ditegakkan, perjuangan kemanusiaan dan membela yang benar,” katanya.
Ia menilai, pengorbanan Gus Dur merupakan bentuk nyata dari makna seorang pahlawan. “Pahlawan itu orang yang bersedia mengorbankan dirinya untuk kepentingan orang banyak, dan itu yang dilakukan Gus Dur sejak muda hingga akhir hayatnya,” ujarnya.
Yenny juga mengungkapkan pesan yang disampaikan ibunya saat berziarah ke makam sang ayah. “Tadi ibu tiba-tiba bilang, yang paling penting itu adalah menjadi pahlawan rakyat , berjuang untuk kepentingan rakyat dan menjadi pahlawannya rakyat. Karena ketika menjadi pahlawan rakyat, orang akan selalu mengingat perjuangan kita,” ungkapnya.
Ia menutup dengan harapan agar seluruh keluarga dan masyarakat dapat terus melanjutkan perjuangan Gus Dur untuk keadilan, kebenaran, dan kemanusiaan.
“Gus Dur bagi banyak orang bukan hanya pahlawan nasional, tetapi pahlawan rakyat yang perjuangannya akan terus hidup di hati bangsa Indonesia,” pungkas Yenny.
