Sabtu, 25 June 2022 03:40 UTC
Kampung Ceria dan Kampung Batik Tin Gundih di Jalan Sumber Mulyo IV, Kelurahan Gundih, Bubutan, Surabaya
JATIMNET.COM, Surabaya - Kampung Ceria dan Kampung Batik Tin Gundih di Jalan Sumber Mulyo IV, Kelurahan Gundih, Bubutan, Surabaya, diresmikan Jumat 24 Juni 2022 malam. Kedua kampung ini terbentuk berawal dari program cangkrukan yang digagas pada tahun 2021.
Peresmian kedua kampung itu dilakukan Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi bersama Ketua Tim Penggerak (TP) PKK Kota Surabaya Rini Indriyani. Hadir pula jajaran kecamatan dan kelurahan.
Saat program cangkrukan digagas pada tahun 2021, camat dan lurah diminta agar dapat menghidupkan masing-masing wilayahnya. Segala persoalan pun dirembuk saat cangkrukan, tak terkecuali konsep pengembangan kampung.
“Jadi kalau kita mau tanya, sebenarnya kampung ini konsepnya siapa? Ini adalah konsep kebersamaan, konsep yang dari gotong-royong pertemuan musyawarah mufakat tadi, sehingga munculah kampung ini," kata Eri Cahyadi, Jumat 24 Juni 2022.
Baca Juga: Mengintip Pesona Desa Mojotrisno, Satu-satunya Sentra Batik Warna Alam di Jawa Timur
Kampung Ceria dan Batik Tin Gundih dinilai sangat luar biasa, dilihat dari bagaimana konsep penataan di RW IV Kelurahan Gundih ini membuat nyaman masyarakatnya. Ada gazebo untuk cangkrukan yang dilengkapi sejumlah fasilitas permainan tradisional anak.
“Ini yang membuat saya bangga. Karena apa? Anak-anak hari ini di Surabaya sebagai penerus bangsa harus bisa bersosialisasi, bertemu satu dengan lainnya untuk berkomunikasi. Tapi kalau kebiasaan bermain gadget, itu orang akan menjadi individualistis dan kapitalis," ia menjelaskan.
Karenanya, Kampung Ceria dan Batik Tin Gundih Surabaya diharapkan menjadi destinasi wisata. Nah, untuk memperkuat icon wisata di kampung ini, bakal dilengkapi dengan lampion-lampion di sepanjang sungai Kampung Gundih.
"Sehingga ini akan menjadi kampung yang nyaman, ramah anak. Sehingga anak semakin nyaman untuk bertemu, bersosialisasi dengan teman-temannya," ia menuturkan.
Baca Juga: Mahasiswa UK Petra dan Sahabat Bambu Kolaborasi Bangun Sentra Edukasi Batik Warna Alam di Jombang
Dalam upaya terbentuknya Kampung Batik Tin Gundih melalui kolaborasi antara camat, lurah dan warga, akhirnya mampu menggerakkan ekonomi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) melalui pemberdayaan usaha batik.
Meski belum lama terbentuk, Kampung Batik Tin Gundih telah menerima pesanan dengan nilai hingga Rp 23 juta. Bahkan yang membuat menarik lagi, produk Kampung Batik Tin Gundih mengusung motif desain yang luar biasa. Desain ini menjadi salah satu faktor bagaimana harga sebuah batik itu mahal atau tidak.
"Ini kolaborasi dan gotong royong yang sangat luar biasa. Saya yakin, kalau semua kampung seperti ini, maka Surabaya quantum lompatannya akan sangat bagus ketika menyelesaikan kemiskinan di Surabaya," ia menekankan.
Sementara Camat Bubutan Kota Surabaya Kartika Indrayana menyampaikan Kampung Ceria dan Batik Tin Gundih merupakan wujud keberhasilan program cangkrukan Berawal dari diskusi bersama saat cangkrukan, akhirnya terbentuk dua konsep kampung tersebut.
Baca Juga: Suguhkan Karya Fashion Designer Berbakat, Disperindag Pamekasan Gelar Gebyar Batik Pamekasan 2021
"Saat cangkrukan itu, kita diskusi dengan Bu Lurah, Pak RW dan warga untuk membentuk kampung seperti ini," kata Kartika.
Menurutnya, konsep yang diusung Kampung Ceria adalah kegotong-royongan dan swadaya masyarakat. Bagaimana masyarakat bergotong-royong dalam menciptakan lingkungan yang nyaman dan sehat bagi seluruh warga, tak terkecuali anak-anak.
"Kita melestarikan permainan-permainan tradisional anak. Ada juga tanaman-tanaman toga, musik dan batik utamanya," ia menuturkan.
Kampung Batik Tin Gundih telah menjadi icon baru batik di RW IV Kelurahan Gundih. Maskot Batik Tin Gundih yang diusung berawal dari penanaman Pohon Tin atau Ara yang dilakukan warga setelah diskusi bersama dalam program cangkrukan pada November 2021 lalu.
"Jadi diawali sekitar November kami cangkrukan, lalu dilakukan penanaman Pohon Tin atau Ara bersama warga dan komunitas. Kemudian dijadikan maskot untuk Batik Tin. Makanya kita kasih brandnya Kampung Batik Tin Gundih," ia menjelaskan.
Setidaknya, sekarang ini ada 25 warga yang terlibat dalam produksi pembuatan Batik Tin Gundih. Mereka terdiri dari 16 MBR dan 9 warga non-MBR. Sebelumnya mereka pun telah mendapatkan sejumlah pelatihan keterampilan membatik dari Kelurahan Gundih.
"Sekarang sudah mencapai Rp 23 juta pesanan. Kita juga kerja sama dengan hotel untuk seragam pegawai pesan di kami. Ke depan kita berharap batik kita ini bisa dipamerkan di tempat-tempat yang lebih menjangkau kelas-kelas atas," ia memungkasi.