Selasa, 10 September 2019 05:18 UTC
Ilustrasi tanah kering. Foto: Unsplash
JATIMNET.COM, Surabaya – Kementerian Kesehatan Prancis menyebut gelombang panas yang menerpa Prancis sepanjang Juni dan Juli menewaskan 1.435 orang di tahun ini. Separuh di antara korban meninggal berusia di atas 75 tahun.
Kementerian Kesehatan mencatat temperatur tertinggi mencapai 46 celsius pada Juni. Sementara Ibu Kota Prancis, Paris, mencatat gelombang tertinggi mencapai 42,6 celsius pada Juli.
567 orang disebutkan meninggal pada gelombang panas pertama tahun ini, dari 24 Juni hingga 7 Juli. 686 korban meninggal pada gelombang kedua yang menerpa sejak 21 Juni hingga 27 Juli.
Agnes Buzyn, juru bicara Kementerian Kesehatan Prancis menyebut jika 10 korban meninggal saat bekerja.
BACA JUGA: Pasangan Prancis Gugat Seekor Ayam Jantan di Pengadilan
Sepanjang musim panas, pemerintah mengeluarkan peringatan merah, yaitu peringatan yang paling tinggi, di sejumlah area di Prancis.
Untuk mengurangi dampak dan sentuhan dengan gelombang panas, banyak sekolah dan acara publik ditutup dan ditiadakan. Taman dan kolam renang tetap dibuka di sejumlah kota untuk membantu masyarakat tetap dingin. Otoritas Prancis juga menyediakan telepon darurat dan mendirikan ruang pendingin sementara di gedung balai kota.
Selain di Prancis, gelombang panas juga menyebabkan kebakaran di negara tetangga, seperti Spanyol dan Katalonia. Kebakaran yang disebut terparah sejak 20 tahun terakhir.
BACA JUGA: Tiga Orang Meninggal Ketika Berenang Saat Suhu Panas di Prancis
Pada saat yang sama, gelombang tinggi juga tercatat muncul di beberapa Negara Eropa, termasuk Inggris, Belgia, Jerman, Luxemburg, dan Belanda.
Di antara negara tersebut, hanya Prancis yang telah merilis data resmi tentang korban meninggal akibat gelombang panas.
Sumber: Bbc.com