Logo

FK Unusa Susun Panduan Penerapan Protokol Kesehatan di Pesantren

Reporter:,Editor:

Senin, 16 November 2020 03:00 UTC

FK Unusa Susun Panduan Penerapan Protokol Kesehatan di Pesantren

CEK. Fakultas Kedokteran Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) melakukan pengecekan penerapan protokol kesehatan di Ponpes Wahid Hasyim Bangil, Pasuruan. Foto: Humas Unusa.

JATIMNET.COM, Surabaya - Fakultas Kedokteran Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) melakukan Pengabdian Masyarakat Semesta (Pengmasta). Sasarannya lima pondok pesantren di Jawa Timur, yakni Pondok pesantren Zainul Khasan (Probolinggo), Al Hikam (Bangkalan), Sunan Drajat (Lamongan), Wachid Hasyim (Pasuruan), dan Ammanatul Ummah. 

Ketua Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (UPPM) FK Unusa, dr. Hafid Algristian mengatakan, pengambilan Pengmasta di lima objek tersebut untuk melihat penerapan penanganan Covid-19. 

"Kita menyadari pandemi tak begitu saja berakhir, bahkan kasus baru mencapai 4-5 ribu per hari. Di satu sisi, pesantren dan mungkin lembaga pendidikan lainnya, ada beberapa bagian pembelajaran yang tidak dapat dilakukan daring," kata Hafid tertulis, Senin 16 November 2020. 

Pihaknya ingin tahu sejauh mana pesantren tangguh dilaksanakan. Bagaimana penerapan protokol kesehatan diterapkan di masing-masing pondok pesantren itu.

BACA JUGA: Tingkatkan Ketahanan Pangan, Mahasiswa Unusa Beri Penyuluhan Tanaman Hidroponik di Gresik

Nantinya, kata dia, hasil dari Pengmasta akan diramu dalam satu buku tentang menjaga kesehatan di masa pandemi. "Nantinya buku tersebut akan kami sosialisasikan kepada lembaga dan dinas terkait, sebagai masukan untuk menyusun inisiatif ketahanan lembaga pendidikan di masa pandemi," ungkapnya. 

Diakuinya, pesantren adalah tempat yang paling aman sekaligus paling rawan terhadap Covid-19. Tergantung penerapan protokol kesehatan. "Ada beberapa pesantren yang tidak memulangkan santrinya sampai detik ini, seperti Ponpes Wachid Hasyim, Bangil. Ini kan aman banget, ya. Semacam isolasi, begitu," kata dia. 

Namun, ada juga yang di awal pandemi memutuskan memulangkan santrinya dengan protokol yang ketat. "Misalnya Ponpes Sunan Drajad. Mereka mewajibkan santrinya rapid test dan isolasi mandiri dua minggu sebelum kepulangan," ungkapnya.

BACA JUGA: Mahasiswa Unusa Ciptakan Aplikasi Tata Surya Tiga Dimensi

Kemudian beberapa pesantren lain menerapkan skrining ketat kepada pengurus pesantren tanpa terkecuali, seperti yang dilakukan Ponpes Ammanatul Ummah. Mereka bahkan membiayai rapid test rutin untuk pengurusnya. 

"Tim kesehatan ponpes betul-betul memperhatikan protokol kesehatan untuk para pengurus, karena mereka punya mobilitas tinggi, ya. Ini kebijakan yang tegas dan tidak pandang bulu," tuturnya. 

Pembatasan kunjungan juga dilakukan dibeberapa pesantren lainnya. Keluarga tidak boleh bertemu santri, hanya boleh menitipkan makanan atau pakaian untuk santri di gerbang khusus yang telah menjadi pos-pos skrining COVID-19. "Pengurus Ponpes Zainul Khasan telah menyediakan rekening khusus agar orang tua bisa mengirimkan uang saku kepada anak-anaknya," tandasnya.