Logo

Filosofi dan Sekemulit Cerita Tentang Kue Keranjang

Reporter:

Jumat, 20 January 2023 23:40 UTC

Filosofi dan Sekemulit Cerita Tentang Kue Keranjang

Ilustrasi Kue Keranjang

JATIMNET.COM, Surabaya – Kue keranjang merupakan salah satu kudapan yang identik dengan perayaan Tahun Baru Imlek. Makanan itu selalu dijadikan sesaji dan akan disantap saat Cap Go Meh pada tanggal 15 bulan pertama penanggalan Tionghoa.

Kue yang memiliki Nian Gao ini memiliki filosofi tersendiri. Seperti, sebagai simbol yang mampu meningkatkan rasa kekeluargaan antar saudara maupun orang tua.

Filosofi ini berdasarkan tekstur kue keranjang yang lengket dan kenyal. Ini karena bahan utama dari kue ini berupa tepung beras ketan yang dicampur gula. Kemudian dikukus seperti halnya dodol di Indonesia. 

Baca Juga : Imlek Tahun Baru Cina, Identik Kue Keranjang Ini Sejarahnya

"Maknanya keberuntungan. Ini adalah makanan populer yang dimakan selama Tahun Baru Imlek," dikutip Jatimnet.com dari situs China Highlight, Sabtu, 21 Januari 2023.

Pelafalan nian gao terdengar seperti 'tahun tinggi' yang melambangkan pendapatan, posisi yang lebih tinggi. Oleh karena itu dengan memakan kue keranjang atau nian gao dianggap membawa keberuntungan selama periode Tahun Baru Imlek.

Maka, kue keranjang menjadi salah satu simbol berlangsungnya Tahun Baru Imlek yang diperingati setiap tahun oleh warga Tionghoa dan keturunannya.

Baca Juga : Festival Imlek Suguhkan Ribuan Porsi Lontong Cap Go Meh

Selain sebagai simbol keberuntungan, kue keranjang juga memiliki legenda. Hingga akhirnya tetap ada setiap momentum perayaan Tahun Baru Imlek.

Masih dari situs China Highlight, kue yang nama asli nian gao ini diciptakan sebagai ‘persembahan licik’ kepada Dewa Dapur. Berdasarkan kepercayaan warga Tionghoa Dewa Dapur diyakini bersemayam di setiap rumah.

Menurut cerita rakyat, Dewa Dapur membuat ‘laporan tahunan’ kepada Kaisar Giok. Agar warga terhindar dari penilaian jelek, ditawarkanlah nian gao kepada Sang Dewa untuk ‘menutup mulut’ Maka, kue keranjang disiapkan sebagai persembahan atau sesaji sebelum Tahun Baru Imlek.

Baca Juga : Surabaya Kota Toleransi, Pemkot Mulai Pasang Ornamen Khas Pecinan Sambut Imlek

Selain itu, masih menurut China Higlight, kue keranjang juga memiliki legenda lain tentang asal-usulnya. Konon, sekitar 2.500 tahun yang lalu (periode 771 – 476 SM), Raja Yue, Goujian menyerang ibu kota Wu.

Tentara Wu serta warga terjebak di kota yang tidak ada makanan. Banyak orang mati kelaparan selama pengepungan.

Hingga akhirya, salah seorang teringat dengan perkataan Wu Zixu, yakni : “Jika negara dalam kesulitan dan orang-orang membutuhkan, maka dapat menggali tiga kaki di bawah tembok kota. Di sana akan didapatkan makanan”.

Baca Juga : Tanpa Arak-arakan, Pawai Kebudayaan Ditiadakan, Ini Perayaan Imlek di Kelenteng Hok Sian Kiong

Para prajurit memenuhi arahan Wu Zixu. Mereka menembahan pondasi tembok dibangun dengan batu bata khusus yang terbuat dari tepung beras ketan.

Berkat makanan itu, banyak orang yang terselamatkan dari kelaparan. Batu bata ini adalah nian gao asli. Setelah itu, orang membuat niangao setiap tahun untuk memperingati Wu Zixu. Seiring berjalannya waktu, niangao menjadi apa yang sekarang dikenal sebagai kue Tahun Baru Imlek.