Rabu, 17 July 2019 04:28 UTC
SELEKSI DUKUN: Upacara Yadnya Kasada di Pura Luhur Poten tahun 2017, Foto: dok.
JATIMNET.COM, Probolinggo – Sekitar enam orang dukun akan mengikuti proses seleksi pemilihan Dukun Pandita, pada puncak upacara Yadnya Kasada, yang digelar di Pura Luhur Poten, Kaldera Gunung Bromo, pada Kamis pagi 18 Juli 2019.
Ketua PHDI (Parisada Hindu Dharma Indonesia), Kabupaten Probolinggo, Bambang Suprapto mengatakan, enam dukun yang akan mengikuti proses seleksi berasal di dua kabupaten di Jawa Timur, yakni Pasuruan dan Malang.
Menurut Bambang enam orang dukun yang diseleksi, akan menjalani proses Murunen atau pengujian. Dimana Murunen sendiri adalah pembacaan mantra-mantra oleh masing-masing dukun.
BACA JUGA: Sucikan Diri Jelang Kasada, Warga Suku Tengger Gelar Melasti
“Dalam pengujian itu, mantra-mantra yang dibaca berisi tentang ke Yang Maha kuasaan, Leluhur dan Alam. Dan apabila peserta seleksi dinyatakan lolos ujian, maka mereka bisa jadi Dukun Pandita,” jelas Bambang, kepada Jatimnet, Rabu 17 Juli 2019.
Lanjutnya, enam dukun yang akan mengikuti proses seleksi tahun ini, dua dukun berasal dari Desa Ledokombo, Kecamatan Sumber, Kabupaten Probolinggo. Dan empat lainnya berasal dari Desa Sedaeng, Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan.
Disebutkan Bambang dua dukun dari Desa Sedaeng, merupakan peserta yang bukan dari keturunan dukun. “Kalo sekarang siapa saja bisa menjadi Dukun Pandita, asalkan ia mampu menjalaninya,” tukasnya.
BACA JUGA: Warga Suku Tengger Lakukan Mendak Tirta Sebelum Yadnya Kasada
Bambang juga menjelaskan, peranan Dukun Pandita bagi Umat Hindu Suku Tengger ada empat fungsi. Diantaranya menjaga kesucian diri; menentukan hari baik ritual, baik individu maupun komunal; menghantarkan dan menyelesaikan setiap ritual; serta sebagai sandaran dan pembimbing Umat Hindu.
Sementara itu, keberangkatan warga Suku Tengger dari daerahnya masing-masing, akan dimulai sejak Kamis pagi mulai pukul 01.00 WIB. Mereka selanjutnya berkumpul di Pura Luhur Poten guna melaksanakan ritual, serta pemilihan Dukun Pandita.
Usai ritual dan pemilihan dukun, barulah warga Suku Tengger akan membawa Ongkek (Hasil Bumi atau Sesaji) ke puncak gunung atau bibir kawah Bromo, untuk dilemparkan sebagai sesajen.
