Logo

Enam Maskapai Penerbangan Indonesia yang Berhenti Mengudara

Reporter:,Editor:

Sabtu, 06 April 2019 05:59 UTC

Enam Maskapai Penerbangan Indonesia yang Berhenti Mengudara

Peawat Merpati Airlines. Foto: Ist

JATIMNET.COM, Surabaya – Angkasa Indonesai diwarnai dengan burung besi yang terbang membawa penumpang. Namun, tak semua pesawat komersial itu memiliki umur panjang. Beberapa maskapai Indonesia gulung tikar, dengan berbagai penyebab. 

Berikut enam maskapai Indonesia, yang sebelumnya pernah mewarnai angkasa Indonesia, dirangkum dari berbagai sumber. 

1. Adam Air 

Maskapai ini pernah jadi primadona penerbangan Indonesia. Politisi Golkar Agung Laksono berada dibalik pendirian maskapai di tahun 2003. 

Maskapai ini langsung merebut perhatian publik karena menawarkan penerbangan low cost dengan layanan makanan di atas pesawat. 

BACA JUGA: Garuda Indonesia Masuk Daftar Maskapai Terbersih Dunia

Tak hanya itu, aneka penghargaan berhasil direbut Adam Air. Salah satunya adalah penghargaan Award of Merit dalam the Category Low Cost Airline of the Year 2006 di acara 3rd Annual Asia Pacific and Middle East Aviation Outlook Summit di Singapura.

Sayangnya, insiden kecelakaan mewarnai perjalanan maskapai ini. Salah satu yang paling tragis adalah jatuhnya pesawat Adam Air di perairan Majene, Sulawesi Barat tahun 2007 lalu setelah transit di Surabaya.

Hingga kini, pesawat dan 102 penumpangnya masih belum ditemukan, hanya kotak hitam yang berhasil diangkat dari kedalaman 2000 meter. 

Kecelakaan Adam Air ini memicu reformasi keselamatan penerbangan dalam skala besar. Pada akhirnya, Adam Air dianggap tidak memenuhi standar keselamatan minimum yang dibuat pemerintah.

BACA JUGA: Maskapai  Belanda Ini Genap Berusia 100 Tahun

Setelah berupaya bangkit, izin terbang Adam Air dicabut tahun 2018.  

2. Mandala Airlines

Maskapai ini punya sejarah panjang di dunia penerbangan Indonesia. Mandala Airlines berdiri tahun 1969 oleh para perwira TNI yaitu Kolonel Sofjar, Mayjen Raden Soerjo, Mayor Soegandi Partosoegondo, Mayor Kasbi Indradjanoe, dan Mayor Darwin Ramli.

Maskapai ini dimiliki PT Dharma Kencana Sakti, yang berhubungan dengan Yayasan Dharma Putra Kostrad. 

Maskapai ini masih terus eksis hingga 1992. Skandal keuangan dan utang yang terus membengkak membuat Mandala mulai oleng.

Belum lagi persaingan dengan maskapai lain membuat Mandala Airlines mulai terseok-seok, bahkan sempat berhenti beroperasi. 

BACA JUGA: Emil Dardak Desak Maskapai Pasang Tarif yang Kompetitif

Namun, kerjasama dengan Tiger Airways membuat Mandala hidup kembali. Namanya berubah menjadi Tigerair Mandala. Pada akhirnya keuangan Mandala belum benar-benar teratasi sehingga pada 1 Juli 2014, maskapai ini memutuskan berhenti beroperasi.  

Sama seperti maskapai lain, Mandala Airlines pernah mengalami kecelakaan tragis. Pada 5 September 2005, Mandala Airlines PK-RIM 91 jatuh di kawasan Padang Bulan, Medan, beberapa menit setelah lepas landas dari Bandara Polonia Medan.  

Dari 117 penumpang, 100 orang meninggal dunia. Selain itu, lokasi pesawat yang jatuh di pemukiman menyebabkan jatuhnya korban di luar penumpang, sebanyak 49 orang. 

3. Sempati Airlines

Maskapai penerbangan milik keluarga dan sahabat Soeharto ini berhenti beroperasi sejak 5 Juni 1998. 

BACA JUGA: Merpati Ingin Terbang Lagi

Maskapai ini berdiri pada Desember 1968. Awalnya, mereka menawarkan jasa transportasi sewaan bagi karyawan migas. Namun, bertransformasi menjadi maskapai kelas atas setelah putra bungsu Soeharto, Tommy Soeharto, masuk ke maskapai ini.

Sempati lalu menjadi salah satu maskapai disegani di tahun 1990-an dengan rute-rute mancanegara. Keuntungan besar membuat perusahaan ini mantap mencatatkan di Bursa Efek Indonesia (BEI).  

Saat tercatat di BEI, keuangan Sempati Airlines terbuka dan penuh dengan utang menggunung. Badai krisis moneter memperburuk kondisi keuangan Sempati Air. Setahun setelah berhenti beroperasi di tahun 1998, Sempati Air akhirnya dinyatakan pailit 5 Juli 1999. 

4. Merpati Airlines

Maskapai plat merah ini berdiri 1962 di bawah PT Merpati Nusantara Airlines (Merpati). Merpati mengepakkan sayapnya di wilayah Timur Indonesia, seperti Papua, Maluku, Suleawesi, Nusa Tenggara termasuk melewati langit Timor Leste, yang saat itu masih terintegrasi dengan Indonesia.

BACA JUGA: Mimpi Merpati Terbang Tinggi Lagi

Merpati Airlines mencapai puncak kejayaan di periode 1989-1992. Merpati sempat menjelajah terbang ke Amerika Serikat dan Australia. 

Merpati akhirnya berhenti beroperasi pada 1 Februari 2014, akibat tumpukan utang yang mencapai Rp10,72 triliun. Selain itu, Merpati juga punya utang membayar pesangon ke karyawannya sebesar Rp365 miliar. 

Meski masih ada upaya untuk mengepakkan kembali maskapai ini, tapi hingga saat ini belum ada sinyal kapan Merpati benar-benar bisa beroperasi. Merpati mati suri.  

5. Bouraq

Maskapai ini didirikan oleh pengusaha kayu bernama Jerri A. Sumendap di tahun 1970. Tujuan awalnya adalah menghubungkan jalur penerbangan daerah terpencil di  Kalimantan dengan pulau lain di Indonesia. 

BACA JUGA: Garuda Indonesia dan Saudi Airlines Angkut Jemaah Haji Indonesia

Bouraq lalu menjadi maskapai yang berkembang pesat dengan memiliki anak perusahaan, Bali Air tahun 1972 serta Bouraq Natour di bidang konstruksi. Hal ini berbeda dengan perusahaan kayu milik Jerri yang malah gulung tikar. 

Bouraq mengalami masa keemasan di tahun 1990-an. Saat itu, bahkan ada anggapan  jika ingin terbang tepat waktu, maka Bouraq adalah pilihannya.   

Maskapai berwarna hijau toska ini menghadapi goncangan keras saat krisis moneter menghantam Indonesia. Upaya efisiensi agar tetap eksis ternyata tidak berhasil. Bouraq akhirnya dinyatakan pailit pada 225 Juli 2005. 

6. Batavia Air 

Batavia Air berdiri pada tahun 2001 dan jadi salah satu pilihan di antara maskapai yang ada di Indonesia saat itu. Batavia Air tak beroperasi akibat terlilit utang untuk membiayai operasional yang membengkak.

BACA JUGA: Grup Lion Air Turunkan Tarif Penerbangan

Sejak awal, maskapai ini bukan penerbangan berbiaya murah. Batavia air memiliki rute Jakarta Pontianak, dengan menggunakan pesawat Fokker, dan dua unit Boeing.

Batavia akhirnya sukses menembus rute penerbangan internasional seperti ke Guangzhou, Malaysia, Australia, Arab Saudi, Singapura, dan Timor Leste.

Kecelakaan pesawat yang berturut-turut membuat pemerintah mengeluarkan daftar maskapai yang memenuhi standar keselamatan. Disini Batavia Air mendapatkan goncangan, karena masuk dalam kategori III yang berarti memiliki standar keselamatan minimal, dan ada beberapa persyaratan yang belum dilaksanakan.

Batavia Air akhirnya memperbaiki kinerjanya dan dinyatakan masuk kategori 1 oleh Kemenhub 2009 lalu. Batavia bahkan lalu beroperasi dengan rute Eropa pada Juni 2010.

BACA JUGA: AirAsia Layani Penerbangan Lombok-Perth

Sayangnya, maskapai ini dinyatakan bangkrut pada tahun 2013 karena terlilit utang akibat beban operasional yang membludak. 31 Januari 2013 Batavia Air berhenti beroperasi dengan status pailit.