Sabtu, 17 April 2021 00:20 UTC
ALQURAN RAKSASA. Petugas tadarus Masjid Agung Baiturrahman (MAB) Banyuwangi terus konsisten membaca Alquran raksasa karya Abdul Karim setiap Ramadan, Jumat, 16 April 2021. Foto: Ahmad Suudi
JATIMNET.COM, Banyuwangi – Tadarus Alquran raksasa di Masjid Agung Baiturrahman (MAB) Banyuwangi telah dilaksanakan setiap bulan Ramadan dalam sepuluh tahun terakhir. Tim tadarus berharap Alquran dalam peti besar berwarna hijau itu awet dan selalu bisa dibaca saat Ramadan tiba.
Koordinator Tadarus Alquran Besar MAB ustaz Ahmad Rifai mengatakan Alquran raksasa mereka terima Agustus 2010. Sejak saat itu, tadarus Ramadan di sana selalu menggunakan mushaf tersebut.
“Langsung saat itu dipakai tadarus. Dulu di bawah (lantai satu), terus dipindah ke atas (lantai dua) di tempat yang seharusnya,” kata Rifai pada Jatimnet, Jumat, 16 April 2021.
BACA JUGA: Pembaca Alquran "Raksasa" di Banyuwangi Bukan Sembarang Orang
Alquran itu merupakan tulisan tangan Abdul Karim, warga Kecamatan Genteng, Kabupaten Banyuwangi, di atas kertas-kertas berukuran 142 X 210 sentimeter. Karim adalah pensiunan guru Agama di SMAN 1 Genteng dan alumnus Pondok Pesantren Bustanul Makmur, Kebunrejo, Kecamatan Genteng, Kabupaten Banyuwangi. Ia sekarang masih mengajar di MTs dan MA Bustanul Makmur. Karim dikenal sebagai salah satu pegiat kaligrafi dan sudah membuat lima mushaf Alquran raksasa.
Alquran raksasa yang diserahkan ke MAB Banyuwangi itu adalah mushaf ketiga yang dibuatnya selama tujuh bulan pada tahun 2010 dan didanai Pemkab Banyuwangi yang saat itu dipimpin Bupati Ratna Ani Lestari.

ALQURAN RAKSASA. Petugas tadarus Masjid Agung Baiturrahman (MAB) Banyuwangi membalik lembaran Alquran raksasa karya Abdul Karim yang dibaca setiap Ramadan, Jumat, 16 April 2021. Foto: Ahmad Suudi
Kini ada tujuh orang tim tadarus Alquran raksasa di MAB Banyuwangi, ditambah dua orang petugas pembuka lembar kertas. Pembaca telah melalui seleksi untuk dipastikan kualitas bacaannya layak didengar masyarakat luas.
“Tidak bisa orang baru tiba-tiba tadarus, karena disimak orang banyak,” kata Rifai lagi.
BACA JUGA: Alquran Langka di Situbondo, Berisi Tulisan Tangan dan Menggunakan Kulit Pohon
Alquran raksasa awalnya terbundel dalam masing-masing juz. Yayasan MAB sempat memutuskan menjilidnya menjadi satu kesatuan mushaf, namun menimbulkan kesulitan saat membaca.
Kini Alquran raksasa dikembalikan dalam bundel-bundel per juz dan dibaca 3 juz setiap tadarus malam. Perawatan juga diberikan seperti pembersihan dan upaya-upaya menghindari kertas rusak.
Dia berharap tadarus Alquran raksasa menjadi salah satu bentuk ibadah Ramadan di masjid tertua di Banyuwangi itu. Dengan demikian, hasil dari anggaran Pemkab Banyuwangi tahun 2010 senilai Rp183 juta itu juga akan terbukti dirawat dan dimanfaatkan dengan baik.
“Semoga selalu istikomah (konsisten), setiap Ramadan bisa dilaksanakan tadarus,” kata Rifai.